Teknokra.co: Perpustakaan Expo 2022 yang digelar Unila sejak tanggal 10 hingga 21 Oktober dipadati ribuan pengunjung. Berdasarkan data panitia, sekitar 1500 pengunjungi memadati expo tersebut tiap harinya.
Pameran yang mengusung tema Literasi Sains, Teknologi, dan Seni tersebut dibuka untuk umum. Tak hanya mahasiswa, warga masyarakat juga ikut antusias untuk menghadiri pameran tersebut.
Pameran tersebut merupakan salah satu rangkaian dari Dies Natalis Unila ke-57. Terdapat sekitar 80 lukisan, karya arsitektur hingga mobil listrik bambu yang dihadirkan dalam pameran. Semua lukisan tersebut merupakan karya dari para pelukis Dewan Kesenian Lampung (DKL) dan sejumlah mahasiswa.
Acara yang digelar di UPT Perpustakaan Unila tersebut, Dibuka mulai pukul 08.00 hingga pukul 16.00 WIB. Tidak hanya pameran, pengunjung juga bisa menikmati pemutaran film dan Wayang Lampung, atau yang disebut sebagai Wayang Sekelik pada tanggal 17 Oktober mendatang.
Anshori Djausal, salah satu pelukis Lampung yang ikut memamerkan karyanya, mengungkapkan bahwa pameran merupakan ajang untuk mendorong apresiasi mahasiswa terhadap karya seni.
“Masing-masing (lukisan) punya makna sendiri, tapi secara umum, konsepnya adalah membangun komunikasi dengan penikmat, pengunjung. Hal-hal yang mungkin bisa mengembangkan wawasan terhadap alam, pengetahuan-pengetahuan teknologi,” ujarnya.
Nurhadi, salah satu pengunjung dari IAIN Metro sangat antusias mengunjungi kegiatan tersebut. Ia mengaku sangat menikmati lukisan yang dipamerkan.
“Bagi saya, untuk lukisan yang disini bagus semua. Dari teknik-tekniknya terus perpaduan warnanya, makna yang ada di dalam lukisannya tuh bagus semuanya, walaupun ngga semuanya bisa saya pahami,” katanya.
Ia juga peduli dengan kesejahteraan pelukis di Lampung. Menurutnya, pameran ini dapat menjadi wadah yang baik bagi apresiasi seni lokal.
“Saya pernah denger kalo pelukis yangg di Lampung ini masih dihargainya itu cuma melukis di fly over. Jadi belum ada sebuah tempat, kayak dukungan entah dari finansial atau apapuan itu buat pelukisnya sendiri atau sebuah karyanya sendiri. Jadi harapannya semoga dengan adanya pameran ini, para seniman di Bandar Lampung ini bisa lebih dipandang sama pemerintah,” lanjutnya.
Martinis, salah satu panitia yang terlibat dalam Expo tersebut, mengakui bahwa antrian pengunjung cukup padat. Ruangan juga terasa pengap karena overload. Ia meminta maaf atas ketidaknyaman tersebut.
Namun meskipun demikian, ia mengaku senang dengan partisipasi pengunjung, khususnya mahasiswa. Ia juga berharap kegiatan serupa dapat kembali terlaksana tahun depan.
“Kita juga ingin ini menjadi event tahunan. Harapan yang paling penting adalah semoga dengan adanya pameran ini, bisa menginspirasi mahasiswa untuk melakukan pergerakan,” kata Martinis.
Perpustakaan Expo 2022 yang digelar Unila sejak tanggal 10 hingga 21 Oktober dipadati ribuan pengunjung. Berdasarkan data panitia, sekitar 1500 pengunjungi memadati expo tersebut tiap harinya.
Pameran yang mengusung tema Literasi Sains, Teknologi, dan Seni tersebut dibuka untuk umum. Tak hanya mahasiswa, warga masyarakat juga ikut antusias untuk menghadiri pameran tersebut.
Pameran tersebut merupakan salah satu rangkaian dari Dies Natalis Unila ke-57. Terdapat sekitar 80 lukisan, karya arsitektur hingga mobil listrik bambu yang dihadirkan dalam pameran. Semua lukisan tersebut merupakan karya dari para pelukis Dewan Kesenian Lampung (DKL) dan sejumlah mahasiswa.
Acara yang digelar di UPT Perpustakaan Unila tersebut, Dibuka mulai pukul 08.00 hingga pukul 16.00 WIB. Tidak hanya pameran, pengunjung juga bisa menikmati pemutaran film dan Wayang Lampung, atau yang disebut sebagai Wayang Sekelik pada tanggal 17 Oktober mendatang.
Anshori Djausal, salah satu pelukis Lampung yang ikut memamerkan karyanya, mengungkapkan bahwa pameran merupakan ajang untuk mendorong apresiasi mahasiswa terhadap karya seni.
“Masing-masing (lukisan) punya makna sendiri, tapi secara umum, konsepnya adalah membangun komunikasi dengan penikmat, pengunjung. Hal-hal yang mungkin bisa mengembangkan wawasan terhadap alam, pengetahuan-pengetahuan teknologi,” ujarnya.
Nurhadi, salah satu pengunjung dari IAIN Metro sangat antusias mengunjungi kegiatan tersebut. Ia mengaku sangat menikmati lukisan yang dipamerkan.
“Bagi saya, untuk lukisan yang disini bagus semua. Dari teknik-tekniknya terus perpaduan warnanya, makna yang ada di dalam lukisannya tuh bagus semuanya, walaupun ngga semuanya bisa saya pahami,” katanya.
Ia juga peduli dengan kesejahteraan pelukis di Lampung. Menurutnya, pameran ini dapat menjadi wadah yang baik bagi apresiasi seni lokal.
“Saya pernah denger kalo pelukis yangg di Lampung ini masih dihargainya itu cuma melukis di fly over. Jadi belum ada sebuah tempat, kayak dukungan entah dari finansial atau apapuan itu buat pelukisnya sendiri atau sebuah karyanya sendiri. Jadi harapannya semoga dengan adanya pameran ini, para seniman di Bandar Lampung ini bisa lebih dipandang sama pemerintah,” lanjutnya.
Martinis, salah satu panitia yang terlibat dalam Expo tersebut, mengakui bahwa antrian pengunjung cukup padat. Ruangan juga terasa pengap karena overload. Ia meminta maaf atas ketidaknyaman tersebut.
Namun meskipun demikian, ia mengaku senang dengan partisipasi pengunjung, khususnya mahasiswa. Ia juga berharap kegiatan serupa dapat kembali terlaksana tahun depan.
“Kita juga ingin ini menjadi event tahunan. Harapan yang paling penting adalah semoga dengan adanya pameran ini, bisa menginspirasi mahasiswa untuk melakukan pergerakan,” kata Martinis.