teknokra.com: Tim PKM-K (Program Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan) yang berasal dari tiga fakultas yaitu FK, FP, dan FEB membuat produk usaha buak tat sebagai inovasi diversifikasi pangan sekaligus upaya pelestarian kebudayaan Lampung.
PKM ini diketuai oleh Bella Amanda Iswahyudi (THP ’20) dan empat anggota lain, yaitu Marza Yulia Herdina (THP ’19), Febrina Amelia Valentina (Akuntansi ’20), Dzakiyyah Shoofina Jasmine Satri (Farmasi ’20), dan Ditya Ananda Safira (Pend. Dokter ’20).
Produk ini bernama “Sweetat”, yaitu kepanjangan dari ‘sweet buak tat’, artinya buak tat yang manis. Kelebihan dari Sweetat yang membedakan dengan buak tat pada umumnya adalah pada tampilannya yang didesain lebih unik karena terdapat motif tapis.
“Kami memilih buak tat kerena ini merupakan kue tradisional khas Lampung. Kemudian dibuat tampilannya seperti ini dalam rangka untuk mempromosikan dan melestarikan tapis Lampung,” ujar Marza Yulia Herdina (THP’19), salah satu anggota Tim PKM.
Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa kue ini dibuat dengan tepung daun kelor yang tinggi zat besi dari tepung pada umumnya sehingga cocok untuk penderita anemia. Sehingga memiliki keunikan pada rasanya karena terdapat tambahan tepung daun kelor.
“Sweetat dapat dipesan di beberapa marketplace seperti Shopee dengan akun Sweetat.id, Tokopedia dengan akun Sweetat, dan GoFood dengan akun Sweetat.id dengan cara pemesanan yaitu Pre-Order dalam waktu 5–7 hari sejak tanggal pemesanan,” jelasnya.
Lama penyimpanan Sweetat pada suhu ruang (25 °C), yaitu 7–10 hari dan pada suhu dingin pada tempat penyimpanan cooling kulkas (5-10 °C) yang dapat dapat bertahan selama 14 hari.
Bella Amanda Iswahyudi (THP ’20) berharap usaha ini dapat menjadi usaha yang sustainable dan mencapai visi yaitu menjadi usaha yang terpercaya dalam memproduksi produk inovasi
pangan tradisional.
“Yang kami fokuskan, yaitu dari segi kesehatan, rasa, dan budaya untuk menumbuhkan kecintaan masyarakat Indonesia terhadap produk pangan
tradisional sekaligus mempromosikan dan melestarikan kebudayaan Lampung,” pungkasnya.
Penulis: Azhar Azkiya