BEM FKIP Adakan Diskusi, Peringati Hari Demokrasi Nasional

371 dibaca

teknokra.com: BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan) mengadakan diskusi dalam rangka memperingati hari demokrasi nasional. Diskusi dengan tajuk Ngopi (Ngobrol Perkara Isu) dilaksanakan via Zoom Meeting, pada Rabu (15/9).

“Hari demokrasi nasional adalah momentum untuk mengingatkan kita bagaimana merefleksikan keadaan demokrasi dari lingkup terkecil, yaitu lingkup kampus lalu lingkup daerah rasional lampung lalu lingkup Indonesia,” jelas Amiza Rezika, Gubernur BEM FKIP.

Ia mengungkapkan bahwa Indonesia termasuk peringkat ke 64 dalam kategori “sistem demokrasi terburuk” menurut badan Economic Inteligent Unit. Menurutnya, hal ini terbukti dari banyaknya aktivis-aktivis yang dibungkam saat menyampaikan aspirasi atau pendapat.

“Terakhir kita cukup heboh dalam penghapusan karya seni dalam bentuk mural yg dituangkan dalam bentuk karya seni. kita juga mendengar ada petani yg membentangkan sebuah poster untuk di dengar keluhannya untuk presiden tetapi malah di tangkap,” ungkapnya.

Contoh pembungkaman aktivis pun dialami oleh Gubernur BEM FKIP. Kejadian ini terjadi pada bulan juni lalu. Kejadian ini terdiri atas BEM FKIP, FMIPA, dan FK saat menyoroti dan menindaklanjuti isu korupsi di Indonesia.

Aliansi ini berencana menyoroti dan menindak lanjuti pemecatan anggota KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) hanya karena tidak lulus dalam tes kewawasan kebangsaan kami sebagai aktivis melihat hal itu miris.

“Kami membuat aksi ini yang sebenarnya bertujuan untuk solidaritas, bukan aksi massa. Dengan catatan hasil solidaritasi kami patuh terhadap aturan, protokol kesehatan, dan tidak terlalu banyak membawa massa dari masing-masing fakultas,” jelanya.

Namun kendala terjadi saat proses mengurus surat pemberitahuan kepada kepolisian. Ia mengaku bahwa pihak kepolisian sempat mengancam untuk membubarkan aksi tersebut.

Ia berharap peserta yang mengikuti acara tersebut dapat memiliki empati dan kritis suatu isu yang menimbulkan keresahan bagi mahasiswa dan umum. Kemudian dapat dicuatkan dalam bentuk gerakan.

“Semoga lembaga-lembaga kemahasiswaan bisa terus menyuarakan dan terus solid membangun komunikasi, sehingga kita bisa teruskan hasil diskusi ini gerakan yang terorganisis,” harapnya.

Salah satu peserta, Andini Dara Ananti (Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia ’21) mengaku mendapatkan banyak manfaat, termasuk pengetahuan mengenai perkembangan demokrasi di Indonesia dan juga Universitas Lampung.

“Melihat banyaknya mahasiswa yang menyuarakan aspirasinya dan itu membuat diri saya juga termotivasi untuk bisa seperti itu,” pungkasnya.

Penulis: Adhitya Putra P

Penyunting : Annisa Diah P

Exit mobile version