Teknokra Latih Anggota Berpikir Kritis Lewat Diskusi “Pulau Plastik”

Kegiatan diskusi film Pulau Plastik yang diselenggarakan di Sekretariat UKPM Teknokra pada Senin (25/07)
453 dibaca

Teknokra.co: Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa (UKPM) Teknokra mengadakan kegiatan nonton bareng dan diskusi film dokumenter “Pulau Plastik”, Senin (27/7). diskusi internal tersebut diadakan di ruang kesekretariatan Teknokra.

Film dokumenter lingkungan besutan Rahung Nasution dan Dandhy Dwi Laksono tersebut menggambarkan parahnya masalah sampah plastik Indonesia. Isu-isu seperti sampah impor dan ketidakefektifan bioplastic dijelajahi oleh para aktivis dalam dokumenter tersebut.

Tak hanya itu, dokumenter tersebut juga menunjukan betapa massifnya konsumsi mikroplastik pada masyarakat. Melalui uji pada feses manusia, 100 orang yang mengikuti tes tersebut dinyatakan positif terkontaminasi mikroplastik yang sangat berbahaya bagi kesehatan.

Saat sesi diskusi, kru Teknokra pun mengungkapkan kecemasan mereka terhadap permasalahan kontaminasi sampah di Indonesia. Salah satunya adalah Sepbrina Larasati (Pend Bimbingan Konseling’21).

“Pengelolaan sampah di Indonesia masih terbilang buruk dan pemerintah masih mengganggap sepele, ditambah lagi kesadaran masyarakat masih abai dengan peraturan yang ada,” keluh Sepbrin.

Sepbrin juga pesimis terhadap alternatif plastik yang ada. Menurutnya kemasan pengganti plastik masih belum efektif dan harganya pun masih lebih mahal.

“Jika kita menggunakan kertas sebagai penutup makanan, jika terkena air akan rusak dan mengurangi standar higienisnya. Untuk itu saya rasa belum ada produk inovasi yang bisa menggantikan plastik sebagai pembungkus makanan” katanya.

Pendapat kritis pun juga diungkakan oleh magang Teknokra, salah satunya Dheanilla Esa Lintang (Ilmu Hukum’21). Ia menilai pemerintah memiliki peran sentral dalam permasalahan yang ada.

“Kuncinya ada dipemerintah, ada hukum dan regulasi. jika ada peraturan yang tegas masyarakat mau atau tidak akan melaksanakannya,” kata Lintang.

Ia mencontohkan beberapa negara maju yang dapat berinovasi dalam mengganti kemasan plastik. Menurutnya Indonesia masih tertinggal.

“Di jepang bungkus bumbu mie instan bisa langsung diseduh dan dimakan oleh konsumen, artinya inovasi yang ada dijepang jauh sudah maju. Sedangkan di Indonesia tidak berani mengeluarkan modal lebih untuk menciptakan inovasi yang premium,” Tambahnya.

Menurut Diah Prastiwi (Agribisnis’19) selaku Kepala pusat penelitian dan pengembangan (Kapuslitbang) Teknokra, isu plastik diambil agar dapat meningkatkan kesadaran terhadap permasalahan tersebut.

“Karena plastik menjadi salah satu penyumbang masalah utama dalam pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah maupun laut”. Ujarnya.

Selain untuk mengasah kemampuan berpikir kru Teknokra, ia pun berharap akan adanya aksi nyata para peserta yang lebih ramah terhadap lingkungan.

“Harapannya setelah nonton bareng dan diskusi ini, kita dapat ikut berpartisipasi meskipun hanya hal kecil dengan berupaya meminimalisir penggunaan plastik,” Pungkasnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

8 + 11 =