Ragam  

Tren Sepatu Lokal

251 dibaca
Ilustrasi oleh Dhea Putri Utami

teknokra.co: Sepatu merek Compass, Ventella, Patrobas, League, dan Nahproject adalah contoh dari sepatu produk lokal di Indonesia yang sedang tren saat ini. Tren produk lokal mulai perlahan-lahan dibangkitkan oleh kalangan milenial untuk mengangkat nama produk Indonesia ke seluruh nusantara. Bahkan, termasuk Presiden Indonesia, Joko Widodo juga sering terlihat memakai sepatu  buatan anak bangsa.

Rio Kurniawan (Ekonomi Pembangunan ’19) selaku pengguna sepatu lokal menuturkan, dengan gencarnya tren sepatu lokal dapat memicu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) eksis di Indonesia. “Tentu saja ini menjadi sebuah fenomena yang baik, karena sepatu produk lokal menjadi disukai oleh banyak orang bahkan sampai luar negeri,” tuturnya.

Ia juga mengatakan, harganya yang murah sangat cocok di kantong mahasiswa. Selain itu, kenyamanan pengguna yang sudah diperhatikan oleh vendor produk lokal saat ini.

Influencer seperti dokter Tirta, yang banyak pengikutnya dapat mengedukasi soal produk lokal. Penonton dari influencer tersebut, dapat mengenal berbagai macam produk-produk lokal,” ungkapnya.

Seruan tagar #localpride adalah suatu gerakan  untuk membangkitkan, mencintai dan juga menghargai produk lokal. Peran Influencer juga ikut mempengaruhi pemasaran produk lokal di kalangan milenial.

Khoirul Amin (Ilmu Komunikasi ’18)  pengguna sepatu lokal merek Patrobas,  mengungkap bahwa ia tertarik membeli sepatu lokal karena menonton ulasannya di Youtube. Menurutnya, harga sepatu lokal lebih murah dibanding merek luar negeri. Meskipun demikian, beberapa sepatu lokal kualitasnya bisa disandingkan dengan sepatu merek luar negeri.

Khoirul tidak hanya menjadi pelanggan, ia turut mengajak teman-temannya menggunakan sepatu lokal. Mulanya, Ia merekomendasikan salah satu merek sepatu lokal dengan konsep sepatu warna-warni.

“Temen saya suka pake yang warna-warni gitu. Waktu itu saya tahu ada sepatu lokal yang konsepnya warna-warni, sepatuJohnson Galaxy Pro Rainbow. Saya kasih liat fotonya ke mereka, sambil kasih tahu itu merek lokal dan merek lokal sekarang bagus-bagus,”ujarnya.

Hal yang sama dilakukan Marlis Trio Akbar (Ilmu Komunikasi ’19). Ia turut mempromosikan sepatu lokal ke teman-temannya. Marlis merasa lebih baik menggunakan sepatu asli merek lokal, daripada sepatu impor namun tiruan.

“Walaupun nggak sempurna seperti produk impor tapi secara keseluruhan bagus. Jadi saya setidaknya mengajak teman untuk mendukung produk lokal apapun itu mereknya, dan untuk tidak menggunakan produk tiruan lagi,” ujarnya.

Marlis menginginkan sepatu lokal semakin dikenal oleh masyarakat Indonesia dan terus didukung baik oleh pemerintah. Produsen-produsen sepatu lokal harus meningkatkan kualitas, supaya bisa bersaing dengan produk internasional.

Anju Luwiss (Manajemen ’17) merasa bangga menggunakan sepatu lokal. Menurutnya, dengan menggunakan sepatu lokal dapat mendukung perekonomian Indonesia. Pengguna sepatu merek Nahproject ini, telah merogoh koceknya sebesar 320 ribu rupiah untuk memiliki sepatu lokal favoritnya.

“Bangga aja sih tiap kali pakai sepatu lokal. Karena menurut saya ini salah satu cara saya buat mendukung sepatu lokal,” ucapnya.

Melihat peluang ini, Muhlisin sebagai pemilik akun instagram @ventela.lampung tidak tinggal diam. Kini ia menjadi pemasok sepatu lokal di Lampung sejak februari 2019.Saat ini ia memiliki 35 reseller. Muhlisin menuturkan omzet yang ia dapatkan mencapai 50-60 juta rupiah per bulan.

Ia berpendapat bahwa sepatu lokal sendiri sudah digemari oleh masyarakat Indonesia. Terbukti dengan penjualan sepatu lokalnya yang melonjak setiap tahunnya. “Alhamdulillah, kualitas sepatu lokal dari tahun ketahun sudah semakin baik, dan tentunya mampu bersaing dengan produk-produk luar negeri,” ungkapnya.

Ia menerangkan bahwa peminat sepatu lokal bukan hanya dari kalangan terpelajar seperti siswa atau mahasiswa. Melainkan, karyawan kantor dan ibu rumah tangga juga turut menggemari sepatu lokal. “Sementara ini masih ventela, terutama ventela public yang banyak disuka pembeli,” pungkasnya.

Penulis Andre Prasetyo Nugroho

Catatan redaksi tulisan ini juga dimuat di Tabloid Teknokra edisi 160

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

thirteen − six =