Wisata Alam di Taman Kupu-kupu

362 dibaca

Taman Kupu-Kupu Gita Persada tidak hanya menyajikan ekowisata yang dapat mengedukasi, taman kupu-kupu ini turut andil dalam memperkaya keanekaragaman hayati di Provinsi Lampung. Selain itu, keberadaan kupu-kupu di suatu daerah merupakan indikator kesehatan lingkungan.

Banyak destinasi yang dapat dikunjungi di Provinsi Lampung. Salah satunya Taman Kupu-kupu Gita Persada. Berada di kaki Gunung Betung, Kemiling, Bandarlampung, tempat ini menawarkan wisata alam yang berbeda. Beragam jenis kupu-kupu dapat kita temukan di sini.

Dari kampus Unila, hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk sampai ke TKGP.  Aksesnya pun tergolong cukup mudah. Untuk masuk ke tempat ini, pengunjung dimintakan sumbangan konservasi sebesar 10 ribu rupiah.

Lahan seluas lima hektare itu begitu semarak. Kupu-kupu tampak bebas terbang dan hinggap di tanaman yang disediakan. Tempat ini juga dilengkapi dengan penangkaran untuk menjaga populasi lebih stabil.

Selain belajar konservasi, terdapat banyak tempat foto ciamik berbentuk kupu-kupu. Tempat foto yang instagramable, ini bisa menambah referensi galeri media sosial.

Herawati Soekardi Djausal, pengelola TKGP mengatakan terdapat 189 jenis kupu-kupu berada di sini. “Bagaimana taman kupu-kupu ini ikut menggugah kesadaran masyarakat untuk cinta terhadap lingkungan,” ujarnya.

Pengelolaan TKGP dilakukan dengan menyediakan makanan bagi larva dan juga kupu-kupu dewasa. Larva dan kupu-kupu menurut Herawati, memiliki makanannya masing-masing, tidak saling berkompetisi.

“Ini istimewanya. Kupu-kupu tidak bersaing dengan ulatnya. Ulat makan daun, kupu-kupu makan nektar bunga dan juga buah-buahan,” jelasnya.

Awalnya, di lahan dengan ketinggian 400 mdpl itu hanya terdapat tujuh spesies kupu-kupu saja. “Jadi kita survei di Gunung Betung, sama anak-anak Unila. Kita naik gunung dari lima sisi. Kita perhatikan daun-daun yang bolong. Kalau ada ulatnya kita bawa juga.”

Herawati juga secara berkala survei bibit inang bagi larva kupu-kupu. “Misalnya di TNBBS, TNWK, rawa-rawa di Tulang Bawang, akhirnya kita lihat pinggir-pinggirnya. Kalau ketemu daun yang ada ulatnya kita bawa ke Gita Persada,” kata Herawati.

Keanekaragaman kupu-kupu di TKGP berbanding lurus dengan keanekaragaman tumbuh inangnya. Tiap larva kupu-kupu memerlukan tumbuhan inang yang berbeda. Selain itu, panjang probosis (alat penghisap nektar) pada tiap spesies kupu-kupu memiliki panjang yang beragam. Tanaman yang menjadi makanan kupu-kupu pun ditanam beragam pula.

“Maka tanaman bunga sebagai makanannya juga tidak kita buat sama. Kita tanam soka, kita tanam kembang kertas yang kira-kira ada nektarnya.”

Selain menyediakan kupu-kupu di alam bebas. Tempat wisata ini juga menyediakan museum berlantai empat. Tiap lantai museum tersebut berisikan awetan dan lukisan kupu-kupu.

Peggie Djuniantie, Peneliti Kupu-kupu di Laboratorium Entomologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), mengungkapkan keberadaan kupu-kupu memiliki nilai penting bagi lingkungan. Menurutnya, keberadaan kupu-kupu yang beragam dapat memberikan indikasi bahwa area itu masih alami.Sebaliknya, diversitas spesies kupu-kupu yang rendah menandakan bahwa area itu sudah rendah kualitas lingkungannya.

Salah satu pengunjung, Agta (21) mengaku baru pertama kali ke TKGP. Ia mengungkapkan saat berkunjung ke TKGP memiliki sensasi tersendiri.

“Pengen cari tempat refresing. Buat kita yang pengen suasana beda, enak udaranya seger, jadi tenang bawannya,” ujar mahasiswa Unila ini.

Penulis Chairul Rahman Arif

Catatan redaksi: Tulisan ini dimuat juga di Tabloid Teknokra edisi 161.

Exit mobile version