Gambus Lampung Lahir Dari Buah Maja

Gamolan dari Maja
380 dibaca

teknokra.co : Buah maja lebih dikenal dengan sebutan brenuk oleh masyarakat jawa. Tidak banyak masyarakat yang mengambil manfaat dari buah yang konon menjadi asal muasal nama kerajaan majapahit ini.

Selain baunya yang tidak sedap, daging buahnya pun tidak memiliki rasa nikmat untuk dimakan. Buah berbentuk bulat dengan kulit hijau ini lebih banyak ditemukan berjatuhan dan berserakan hingga membusuk di sekitar pohonnya. Buah ini juga kerap ditemukan di laboratorium para ilmuan pertanian untuk diambil ekstraknya guna dijadikan antibiotik atau pestisida. Namun siapa sangka di Natar, Lampung Selatan buah maja mampu disulap menjadi alat musik berdawai yang dimainkan dengan cara dipetik.

Buah yang kurang“dilirik” mayarakat ini justru menginspirasi Fajar wijaya, seorang pengrajin asal Natar untuk menciptakan sesuatu bernilai ekonomis. Awalnya, ia melihat buah maja yang berjatuhan di pinggiran sawah saat berjalan-jalan sore di daerah natar. Buah itu dibiarkan oleh pemiliknya hingga membusuk ditempat sehingga warga sekitar yang melintas hanya mencium bau busuk yang dikeluarkan.

Pria kelahiran Jawa Tengah ini kemudian berpikir bagaimana membuat benda yang dibuang menjadi sebuah karya seni. Fajar berkeyakinan bahwa limbah ini punya potensi untuk diubah menjadi sesuatu bernilai ekonomis.

“Saya ingin membuat limbah ini menjadi sesuatu yang kreatif,” ujar Fajar. Ia lantas mengambil empat dari beberapa buah yang tergeletak di tanah untuk di bawa pulang. Bau yang menyengat sempat membuat Fajar bingung bagaimana cara memanfaatkan buah tersebut. Namun kreativitas dan rasa ingin tahu terus mengalir hingga ia memperoleh ide. Mulanya ia membentuk buah maja menjadi toples dan tas. Hasilnya pun cukup memuaskan. Namun Fajar terus berupaya mengasah kreativitasnya. Akhirnya, karena latar belakang Fajar yang adalah seorang pengrajin gitar, ia berpikir untuk membuat buah maja menjadi bahan dasar gitar.

Beberapa hari mencoba Fajar gagal. Buah yang diambil tak kunjung menjadi karya seni seperti yang diharapkan. Kulit buah tidak mampu mengeras sehingga sulit dibentuk menjadi badan gitar. Beberapa usaha untuk menghilangkan aroma busuk buah maja pun gagal. Namun fajar tidak menyerah. Pengrajin yang tidak ingin menjadi karyawan ini menghabiskan banyak waktu untuk mengolah dan mencoba bahan-bahan lain untuk menghilangkan bau serta merakit buah maja menjadi badan gitar.

Akhirnya setelah berhari-hari bereksperimen, Fajar berhasil membuat sebuah gitar unik. Gitar dengan bentuk dan proses pembuatan yang berbeda dari gitar yang pernah ia buat sebelumnya. Bentuk gitar buah maja tidak seperti gitar musik tradisional spanyol, atau bentuk gitar klasik yang dijual di toko musik. Gitar ciptaan fajar berukuran lebih kecil dengan dua bentuk bola bulat yang direkatkan. Benda berbentuk bola itulah buah maja yang disulap Fajar untuk membentuk badan gitar yang berbeda dari biasanya.

Proses Pembuatan

Buah maja yang dapat digunakan untuk membuat gitar adalah buah yang sudah tua dengan daging buah yang tebal. Isi buah dikeluarkan dan selanjutnya dibersihkan. Untuk pembersihan daging buahnya, prosesnya sederhana. Fajar hanya menggunakan alat pisau untuk mencungkil isi hingga tersisa kulitnya saja. Setelah bersih buah tersebut dikeringkan. Untuk proses pengeringan awalnya fajar mengeringkan dibawah sinar matahari. Buah diletakkan didepan rumahnya saat cuaca panas. Proses ini memakan waktu yang cukup ladma hingga mencapai enam hari.

“Itupun kalau cuaca cerah, kalau hujan pengeringannya bisa lebih lama bahkan bisa gagal kalau busuk,”ujar Fajar. Untuk pembuatan gitar yang berikutnya, Fajar memasukkan Buah maja yang sudah dibersihkan isinya tersebut ke dalam oven. Hasilnya prosesnya pengeringan pun lebih cepat. Hanya butuh waktu 3 jam buah maja dapat dibentuk menjadi gitar.

Namun karena proses pengeringan yang instan ini, warna buah maja tidak terlihat alami seperti buah maja yang dikeringkan secara manual. Warnanya lebih gelap karena hangus. “Buah maja yang dikeringkan di bawah sinar matahari warnanya coklet cerah,” ujar Fajar.

Setelah buah maja dikeringkan selanjutnya dimulai proses perakitan. Untuk gitar ukuran kecil, Fajar hanya menggunakan satu buah maja sedangkan ukuran yang lebih besar dibuat dengan menggunakan 2 buah maja. Untuk proses perakitan, peralatan yang digunakan sama seperti gitar biasa. Alat seperti dawai, tuner, finger dipasang secara telaten. Karena ukuran gitar yang lebih kecil, bunyi yang dihasilkan pun menghasilkan suara yang tidak begitu besar. Untuk itu Fajar membuat sebuah lubang kecil ditengah gitar yang menjadi sumber bunyi. Agar dapat menghasilkan volume yang lebih keras, Fajar juga menambahkan alat untuk mengalirkan listrik sehinggga gitar yang dibuat menjadi semi listrik.

Setelah dirakit, selanjutnya dilakukan proses pewarnaan dan finishing agar buah maja terlihat mengkilat. Tahap akhir, gitar buah maja disetting agar menghasilkan bunyi sempurna seperti gitar klasik pada umumnya.

Sejak keberhasilannya itu, Fajar pun menanam sendiri buah maja untuk melakukan produksi gitar. Jika pesanan banyak, Fajar mendapatkan buah maja dari warga sekitar Natar yang sengaja menanam pohon maja untuk penahan pengairan pada sawah.

Namun tidak semua jenis buah Maja dapat dibentuk, hanya buah Maja yang sudah tua dan daging tebal yang dipilih. Fajar yang kerap diundang menjadi pembicara kerajinan kreatif ini mengungkapkan pembuatan gitar buah maja ini memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan perakitan gitar biasa.

Gitar biasa yang terbuat dari bahan kayu biasa hanya membutuhkan waktu tiga hari sedangkan gitar buah maja membutuhkan waktu hingga enam hari. Perawatannyan juga khusus, gitar buah maja harus disimpan dengan baik dan dikendorkan senarnya jika tidak digunakan. Dalam satu bulan Fajar hanya mampu membuat tiga buah gitar buah maja, berbeda dengan gitar biasa yang bisa mencapai enam buah perbulan.

Gitar buatan fajar ini tidak dujual dipasar atau ditoko-toko musik. Fajar mulai memperkenalkan gitar ciptaannya melaui pameran satu ke pamaeran yang lain. Pameran pertama ia mulai saat menjadi salah satu peserta pameran seni di hotel Marcopolo tahun 2009 silam.

Saat itu gitarnya sempat dilirik oleh pengunjung asing yang berasal dari Kanada. Merasa tertarik dengan keunikan proses pembuatan gitar, turis asing itu pun langsung membeli dan menyanggupi untuk membayar seharga 600 ribu rupiah.

Usai mengikuti pameren itu, ada pula warga Lampung Barat yang penasaran terhadap gitar buah maja. Ia jauh-jauh datang dari Lampung Barat untuk menemui Fajar untuk membuktikan bahwa informasi tentang kerajinan gitar buah maja benar adanya.

Cara memainkan gitar buah maja serupa dengan gitar biasa. Hanya saja gitar ini memiliki keunikan dari segi bentuk dan pembuatannya. Hal ini yang membuat harga satu buah gitar maja lebih mahal daripada gitar klasik buatan Fajar lainnya. Untuk penjualan di daerah Lampung, Fajar mematok kisaran harga 450 ribu rupiah.

“Modal produksi satu gitar maja hanya 150 ribu rupiah, tapi ide dan kreativitasnya yang mahal,” kata Fajar.

Karena kreativitasnya ini juga Fajar berkesempatan untuk menjadi mitra binaan PT. Perkebunan Nusantara VII. Fajar memperoleh pinjaman dana untuk mengembangkan usahanya. Tidak hanya itu Fajar juga mendapatkan akses yang lebih luas untuk memperkenalkan gitar buah majanya ini. Pameran demi pameran ia ikuti bahkan hingga ke Bali dan terakhir ia mengikuti pameran di Bengkulu Fair pertengahan mei lalu.

Pembeli gitar buah maja pun beragam. Mulai dari musisi, masyarakat biasa pecinta musik bahkan turis asing. Menurut Fajar, di Indonesia pemanfaatan buah maja sebagai karya seni memang sudah banyak dilakukan. Namun hanya sebatas dijadikan tas atau toples makanan.

Karena itu alat musik buah Maja ini banyak dipesan oleh orang dari luar Lampung. Fajar hanya melakukan produksi gitar jika ada yang memesan atau saat akan mengikuti pameran. Saat ini, Fajar sudah mengajari proses pembuatan gitar buah maja ke beberapa kerabatnya sehingga jika ada pesanan ia tidak memproduksi sendiri.

Menurut Fajar kesenian di Indoensia sebenarnya lebih berkembang dibandingkan beberapa negara lain. Tahun 2011 Fajar pernah berkesempatan mengunjungi Thailand bersama Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan untuk mengikuti studi banding mengenai kerajinan seni. Fajar mengungkapkan kreativitas seniman Indonesia lebih bervariasi terbukti dari karya seni yang dihasilkan.

Maka dari itu, Fajar berharap kelak gitar buatannya ini dapat diakui sebagai salah satu karya seni unik yang berasal dari Lampung. “Saat dikasih kesempatan manggung di TVRI Lampung saya mengiringi lagu Lampung, karena itu saya perkenalkan gitar ini dengan sebutan Gambus Lampung,”ungkap Fajar.

Laporan : Agnes Lisdiani

Exit mobile version