teknokra.co: Secara filosofi bahwa inti dari sekolah pada prinsipnya adalah mendidik siswa supaya paham dengan tugas dan fungsinya yang disesuaikan dengan potensinya. Namun kalau diperhatikan dapatlah kita temui bahwa banyak lembaga pendidikan, yang hanya menawarkan “fasilitas pendidikan megah” tapi tidak bertujuan untuk “membangun mental siswa” melainkan bertujuan untuk “kapital” atau keuntungan materil. Banyak sekolah yang hanya menawarkan “gedung dan kelas.”
Kalau dari filsafat bahasa bahwa edukasi berasal dari educere artinya “mengeluarkan,” maksudnya mengeluarkan potensi. Namun saya melihat kenyataan bahwa banyak sekali sekolah yang tidak mengeluarkan potensi anak didiknya, melainkan malah sebaliknya “mengimpotenkan” atau malah melemahkan potensi anak.
Sependek penelitian yang dilakukan banyak sekolah yang tidak bisa menjawab, apa sebenarnya potensi dari anak didiknya. Banyak juga sekolah yang hanya “menutupi” keberhasilan potensi siswa. Sekolah hanya sekedar mendidik siswa seperti robot.
Dalam filsafat pendidikan Islam yang saya pahami, bahwa sebenarnya fungsi dari sekolah adalah menjadikan siswa sesuai dengan tujuannya diciptakan. Yaitu supaya manusia itu menjadi ahli ibadah (berbakti) sesuai dengan bidangnya. Ibadah bukan saja hubungannya dengan ritual saja tapi berhubungan juga dengan “bakti” untuk kebaikan (kemanfaatan) manusia dan alam.
Sekolah harus bisa menemukan potensi siswanya. Siswa yang telah ditemukan potensinya kemudian diarahkan agar menjadi lebih berkembang lagi. Namun sekolah jangan lupa mengajarkan tentang visi maksud hidup manusia di muka bumi. Setelah siswa merasa menemukan potensinya, segala potensi haruslah digunakan menjadi sarana ibadah.
Sehingga ketika siswa menjadi teknokrat, ia tidak lupa pada Tuhan-Nya, ia membuat produk teknologi yang mahir tetapi tetap dalam koridor ketuhanan, ia membuat teknologi mutakhir yang menjadikan manusia semakin dekat dengan Tuhan-Nya.
Opini: Wildan Hanafi
