Melestarikan Bahasa Lampung

361 dibaca

Rencana penghapusan mata pelajaran Bahasa Lampung pada kurikulum 2013 memunculkan kekhawatiran terhadap nasib bahasa daerah ini. Bahasa Lampung dianggap penting dilestarikan demi menjaga nilai-nilai kebudayaan.

teknokra.co : Suasana ruang Auditorium Hotel Nusantara masih ramai meski jam sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB Peserta rapat masih sibuk berpendapat demi menggodok kurikulum Bahasa Lampung. Kepala sekolah dari berbagai daerah di Provinsi Lampung itu sengaja hadir demi mempertahankan pelajaran Bahasa Lampung. Meski kurikulum 2013 meniadakan mata pelajaran ini, namun mereka sepakat bahasa lampung masih penting diajarkan di sekolah.

Sebanyak 20 ikut dalam pembahasan draft kurikulum. Pembahasan ini sekaligus sebagai upaya pelestarian bahasa daerah tersebut. Butuh waktu tiga hari untuk membahas masalah ini. Sejak 20 Maret kemarin, perwakilan kepala sekolah SD dan SMP se-Lampung, Lembaga Pengembangan mutu pendidikan (LPMP), MGMP, dan Dinas Pendidikan Lampung melakukan penyusuan draft kurikulum Bahasa Lampung. Rencananya, penyusunan draft tersebut akan dipakai untuk kurikulum 2013 yang akan diterapkan tahun ini.

Ernawati mengatakan pelajaran Bahasa Lampung merupakan muatan lokal akan diatur oleh daerah. Menurutnya, pembahasan ini dilakukan untuk mendorong pemerintah daerah Lampung untuk menyetujui rencana melestarikan pelajaran Bahasa Lampung. Pasalnya, sejak satu tahun lalu, Universitas Lampung telah menutup jurusan D III Bahasa Lampung. Penutupan ini berimplikasi pada minimnya ketersediaan guru Bahasa Lampung. Kekhawatiran musnahnya Bahasa Lampung meningkat apabila pelajaran Bahasa Lampung juga dihilangkan. Menurutnya, keputusan terakhir tetap ada di pemerintah daerah. “Hasil akhirnya nanti setelah diserahkan kepada dinas,” ujarnya.

Salah seorang perwakilan dari LPMP, Widya Iswara menyebutkan bahwa Bahasa Lampung masuk ke dalam muatan lokal. Dalam Permendikbud No. 81 A lampiran 2 tahun 2013 menyebutkan bahwa bahasa daerah masuk ke dalam muatan lokal bersama dengan bahasa Inggris, Seni Budaya, dan Keterampilan. Hal ini agar bahasa Lampung tak sekadar menjadi pengetahuan, tetapi juga dapat diterapkan dalam komunikasi sehari-hari. Ia berharap masuknya mata pelajaran Bahasa Lampung dalam kurikulum 2013 membuat dibukanya kembali Program Studi Bahasa Lampung di Perguruan Tinggi, khusunya Universitas Lampung.

Akademisi Unila, dr. Farida Ariyani ikut memberi tanggapan. Ia berpendapat bahwa program studi bahasa Lampung di Universitas Lampung harus dibuka kembali. Menurutnya, seluruh kepala sekolah sangat antusias menyambut muatan lokal bahasa Lampung. Sikap ini merupakan bentuk optimisme agar Bahasa Lampung muncul kembali ke permukaan. Menurutnya, apabila ide ini telah disetujui, ribuan guru Bahasa Lampung sangat dibutuhkan. “Selama ini banyak guru bahasa Lampung yang merupakan guru kelas. Dikhawatirkan pembelajaran bahasa Lampung menjadi tidak efektif,” ujarnya.

Wakil Kepala sekolah SMP 8 Bandar Lampung, Hamka, S.Pd mengatakan bahasa Lampung sangat diperlukan untuk masyarakat Lampung. Menurutnya, masih banyak masyarakat yang belum mengenal bahasa Lampung. Meski di sekolahnya belum mempunyai fasilitas penunjang kamus bahasa Lampung yang memadai, ia sangat mendukung rencana ini. Ia juga menuturkan jumlah guru bahasa Lampung di sekolahnya hanya ada dua orang. Jumlah itu ia rasa sangat kurang. Ia juga berharap ada perguruan tinggi yang mencetak guru bahasa Lampung sehingga penyampaian kepada siswa lebih baik.

Laporan: Wawan Taryanto

Editor: Vina Oktaviana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

nineteen − nineteen =