Mengukir Harapan Bersama Sadila: Mewujudkan Kesetaraan bagi Teman Difabel di Lampung

110 dibaca

Teknokra.co : Gerak jari-jari yang berstruktur dalam keheningan mereka berkomunikasi satu sama lain. Adalah sebuah komunitas sosial bernama Sahabat Difabel Lampung (Sadila) hadir dengan semangat besar untuk membawa perubahan. Berdiri pada 2018, Sadila dibentuk oleh sekelompok mahasiswa Universitas Lampung yang terinspirasi oleh pelajaran bahasa isyarat. Dengan tujuan mulia, komunitas ini fokus pada inklusi sosial, memberi dukungan di berbagai bidang bagi penyandang disabilitas, serta menciptakan ruang bagi mereka untuk berkembang di masyarakat.

Sadila memberikan pendampingan kepada teman-teman difabel di berbagai sektor, seperti pendidikan, keterampilan, dan kemandirian. Berbeda dengan banyak organisasi lain, Sadila tidak hanya berfokus pada satu kelompok usia atau jenis disabilitas tertentu, melainkan mencakup seluruh kategori difabel dari anak-anak hingga dewasa dengan berbagai kondisi ketunaan. Komunitas ini lahir dari kesadaran akan kurangnya fasilitas dan wadah yang mampu mendukung penyandang disabilitas di Lampung.

“Sadila ada untuk memberi kesempatan kepada teman-teman difabel agar mereka bisa hidup mandiri dan diterima di masyarakat,” ujar Eli, salah satu pengurus Sadila.

Komunitas ini menyadari bahwa akses pendidikan dan fasilitas penunjang yang memadai sangat terbatas bagi banyak difabel. Oleh karena itu, Sadila berusaha mengisi kekosongan tersebut dengan memberikan pendampingan yang menyeluruh. Salah satu program unggulan Sadila adalah program kemandirian, yang bertujuan membekali anak-anak difabel dengan keterampilan dasar seperti berpakaian rapi, menjaga kebersihan diri dan ruangannya, serta kemampuan bersosialisasi dengan orang lain.

Eli menjelaskan, “Anak-anak diajarkan untuk lebih percaya diri dan mampu berinteraksi dengan lingkungan sosial mereka, misalnya melalui program keterampilan menari.”

Selain itu, Sadila mengadopsi pendekatan yang melibatkan pemberian pengarahan, peneguran, dan sistem reward dan punishment untuk menanamkan perilaku positif serta meningkatkan kemandirian anak-anak dalam kehidupan sehari-hari.

Komunitas ini juga aktif berkolaborasi dengan berbagai pihak eksternal, seperti Duta GenReLampung dan Food Festival.

“Kami sering diundang untuk mengisi acara atau menjadi peserta dalam kegiatan-kegiatan tersebut. Kolaborasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan potensi teman-teman difabel,” ungkap Eli.

Sadila juga melibatkan masyarakat sekitar dalam setiap acara yang mereka gelar, berharap agar lebih banyak orang yang terinspirasi untuk ikut serta mendukung teman-teman difabel.Namun, tidak semua hal berjalan mulus. Salah satu tantangan yang dihadapi Sadila adalah proses perekrutan dan adaptasi relawan.

Seringnya proses perekrutan relawan menjadi hambatan, karena mereka perlu beradaptasi dalam waktu yang cukup lama.” Ungkap Eli.

Meski demikian, komunitas ini berupaya menjaga semangat para relawan dengan memberi mereka peran aktif dalam berbagai kegiatan serta menyediakan program pelatihan khusus selama tiga bulan. Harapan jangka panjang Sadila adalah terciptanya masyarakat yang lebih inklusif, di mana teman-teman difabel dihargai dan diterima sebagaimana mestinya. Dengan program-program yang terus berkembang, Sadila berkomitmen untuk menjadi jembatan bagi penyandang disabilitas menuju masa depan yang lebih setara.

Melalui semangat kebersamaan, dedikasi, dan kerja keras, Sahabat Difabel Lampung terus berjuang untuk menciptakan dunia yang lebih inklusif bagi seluruh kalangan difabel. Dengan dukungan seluruh lapisan masyarakat, komunitas ini optimis kesetaraan sosial bagi teman-teman difabel dapat terwujud, menjadikan Lampung sebagai contoh nyata dari inklusi sosial di Indonesia.

Penulis: Thalita Zada

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

10 − nine =