UKM Keluhkan Sulitnya Pencairan Dana dari Rektorat

336 dibaca

teknokra.com: Sejumlah UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Universitas Lampung mengaku mengalami masalah finansial, hal ini menimbulkan masalah seperti kurangnya dana untuk melaksanakan program kerja dan aktivitas keorganisasian. Selain itu mekanisme pencairan dana dari rektorat juga dinilai menyulitkan.

Febrian Malik Arrozaaq (Managemen ’18), Ketua Umum Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS), mengaku mengalami kekurangan modal untuk membiayai program kerja mereka.

“Kami menciptakan karya-karya yang sangat sulit dan panjang prosesnya, dan itu membutuhkan dana yang sangat besar. Dana kemahasiswaan yang diberikan per periode itu sangat kurang untuk kami,” ungkapnya

Selain itu, ia juga mempertanyakan komitmen pihak kampus untuk membina UKM yang menorehkan prestasi bagi Unila, ia merasa tak ada apresiasi khusus dari pihak kampus terhadap karya-karya UKMBS.

“Dengan menciptakan buku ‘Estetika Kaum Tertindas’ dan mini album ‘Menuju Rumahmu’ itu memberi dampak baik kepada Unila. Tidak adakah bentuk apresiasi atau support yang lebih?” ujarnya.

Tak hanya itu, anggota UKMBS juga melakukan sokongan untuk menutupi biaya produksi karya seni yang tak balik modal, mekanisme pencairan dana yang rumit juga dianggap semakin menyulitkan.

“Dari penjualan buku, mini album dan yang lainnya tak balik modal, jadi kami sokongan untuk menutupi dana itu,” tuturnya.

Lebih lanjut lagi ia juga menyinggung sulitnya mekanisme pencairan dana dari rektorat.

“Kebijakan yang dibuat oleh pihak kampus bahwa dana akan diberikan kepada lembaga kemahasiswaan setelah kegiatan dilakukan itu yang bikin kami bingung. Bagaimana mengadakan kegiatan jika dananya menyusul. Jadi kami mau tidak mau, harus mencari uang dari luar untuk memulai sebuah kegiatan,” pungkasnya.

Serupa dengan UKMBS, UKM Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) juga mengalami masalah yang serupa, menurut ketua umum Mapala, Vito Carmanda Ale Saputra (Teknik Mesin ’20), organisasinya harus mengandalkan uang patungan untuk menyelenggarakan progja (program kerja).

“Cukup sulit jika harus mengandalkan dana dari Unila karena sekarang program terlaksana, LPJ jadi (dahulu) baru duit bisa keluar, itu sebenarnya cukup mempersulit,” ujarnya

“Untuk pendaan, jadi kami internal, maksudnya kami patungan,” pungkasnya.

Menindak lanjuti hal ini sekretaris jendral Forum Komunikasi UKM (Forkom), Muhammad Faizzi Ardhitara (Ilmu Tanah ’18) mengungkakan bahwa pihaknya berencana melakukan audiensi dengan pihak rektorat.

“Kami akan rapat bersama seluruh UKM tentang permasalahan yang ada. Lalu mengadakan audiensi dengan pihak rektorat, jika memang belum puas. Kami akan mengadukan poin tuntutan,” tuturnya.

Penulis: Arif Sanjaya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

12 − 3 =