Galeri Microblog : Sisi Lain Sang Proklamator

Ilustrasi : Alfian Wardana
98 dibaca

Teknokra.co : Halo sobat Teknokra! Kusno Sosrodihardjo atau yang lebih dikenal sebagai Ir. Soekarno merupakan tokoh proklamator kemerdekaan indonesia. Beliau dilahirkan pada tanggal 6 juni 1901 di Kecamatan Genteng, sebuah kecamatan yang relatif kecil di Surabaya. Soekarno merupakan putra kedua dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai. Ayahnya adalah berprofesi sebagai seorang guru dan ibunya merupakan keturunan dari bangsawan bali.

Soekarno kecil memulai pendidikannya di Eerste Inlandse School tempat ayahnya mengajar, namun ia dipindahkan ke Europeesche Lagere School (ELS) di Mojokerto pada tahun 1913. Setelah lulus dari ELS, Soekarno melanjutkan pendidikannya di Hogere Burgerschool (HBS) di Surabaya pada tahun 1916. Kemudian beliau melanjutkan pendidikan tingginya di Technische Hoogeschool te Bandoeng (THS), yang sekarang dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1921 hingga 1926.

Ilustrasi : Alfian Wardana

Di balik ketegasannya sebagai seorang pemimpin, Soekarno memiliki sisi humanis yang juga kuat. Beliau sangat mencintai seni, terutama seni lukis, tari dan musik. Beliau gemar melukis dengan tema-tema ”mooi indie”, yang menggambarkan keindahan alam Nusantara dengan corak visual naturalistik. Kecintaannya pada seni ini tercermin ketika Soekarno memimpin RI. Beliau pernah memiliki visi untuk mengubah ruang istana negara sebagai ruang budaya dan galeri seni agar masyarakat umum tetap dapat mengaksesnya sehingga tidak terjadi ketimpangan kedudukan.

Keberpihakan soekarno pada seni rupa juga patut diapreasi. Pasalnya, beliau rela meluangkan waktunya untuk menghadiri berbagai pameran seni lukis yang ada di yogyakarta, dan juga pagelaran-pagelaran seni rupa di Jakarta. Hal itulah yang membuat soekarno sangat dihormati di kalangan seniman pada masanya.

Soekarno juga dikenal sebagai seorang pembaca yang rakus. koleksi bukunya sangat banyak dan beragam, mencakup berbagai bidang ilmu pengetahuan, sejarah, filsafat, dan sastra. Bahkan selama periode pengasingan, beliau membawa sekitar 400 buku yang tersimpan dalam 12 peti besar. Kegemarannya membaca ini menjadikannya seorang yang berwawasan luas dan memiliki pemikiran yang mendalam.

Ilustrasi : Alfian Wardana

Kegemarannya membaca inilah menjadikan soekarno mampu menguasai setidaknya 10 bahasa yakni Belanda, Inggris, Jerman, Arab, Prancis, Jepang, Jawa, Sunda, Bali, dan Melayu. Kemampuan inilah yang membuat soekarno mampu menjalin hubungan baik dengan orang-orang dari berbagai latar belakang.

Ditengah gemilangnya karir politik yang diraih soekarno, Kehidupan pribadi seringkali menjadi sorotan. Namun di balik itu, beliau adalah seorang ayah yang penyayang. Dalam buku “Bung Karno, Bapakku, Kawanku, Guruku” yang ditulis oleh Guntur Soekarnoputra, tergambar jelas bagaimana kedekatan Soekarno dengan anak-anaknya. Soekarno meluangkan waktunya untuk berinteraksi, bermain, dan mendidik anak-anaknya ditengah kesibukannya dalam memimpin NKRI.

Pandangan politik Soekarno yang anti-imperialisme seringkali menimbulkan kontroversi. Beliau bahkan mengupayakan untuk menggabungkan ideologi yang bersebrangan sekalipun menjadi satu kesatuan yaitu Nasakom (Nasionalisme, Agama, dan Komunisme). Bagi Soekarno, hal itu adalah bentuk perjuangannya untuk mewujudkan kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia yang sangat beragam. Soekarno juga memiliki pandangan yang kuat tentang persatuan bangsa. Ia selalu menekankan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia, meskipun di tengah perbedaan suku, agama, dan ras.

Soekarno memiliki kemampuan diplomasi yang sangat baik. Ia mampu menjalin hubungan baik dengan para pemimpin dunia, baik dari blok Barat maupun blok Timur. Kemampuannya ini sangat penting dalam memperjuangkan kepentingan Indonesia di kancah internasional. Salah satu bukti kemampuan diplomasi Soekarno adalah keberhasilannya menyelenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika di Bandung pada tahun 1955, yang menjadi tonggak penting dalam gerakan non-blok.

Dari berbagai sisi kehidupan Soekarno, kita dapat melihat bahwa beliau bukan hanya seorang pemimpin politik yang tegas, tetapi juga seorang manusia yang memiliki kepekaan seni, kecintaan pada ilmu pengetahuan, dan kasih sayang terhadap keluarga. Sisi-sisi humanis inilah yang melengkapi sosok Soekarno sebagai seorang proklamator dan negarawan yang patut dikenang dan dihormati.

Ilustrasi : Alfian Wardana

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 × 2 =