teknokra.co: Maraknya pelecehan seksual terhadap anak dan perempuan, kini semakin meresahkan. Kasus–kasus pelecehan seksual satu per satu bermunculan. Mulai dari kasus Yuyun di Bengkulu, kekerasan seksual di Lampung Timur, serta kasus meninggalnya Eno Fariha, yang tewas mengenaskan di kamar messnya, di Tangerang.
Latar belakang tersebutlah yang membuat aktivis PMII Komisariat Unila tergugah dan mengadakan diskusi seputar maraknya pelecehan seksual saat ini. Akademisi Fakultas Hukum Unila, M. Iwan Satriawan turut hadir sebagai pemantik diskusi.
Menurut Iwan, terdapat tiga akar terjadinya kasus pelecehan seksual, pertama aspek keluarga dan lingkungan. Keluarga dan lingkungan merupakan tempat sosialisasi pertama yang diterima oleh anak sejak lahir. Keluarga dan lingkungan saat ini lebih cenderung apatis terhadap kehidupan anaknya. “Mindset mayoritas keluarga, jika sudah memenuhi kebutuhan jasmani, maka sudah terpenuhi kewajiban orang tua, padahal kebutuhan rohani tidak kalah penting sebagai pencipta ahlak yang budiman,” ujarnya.
Kedua, aspek pendidikan yang menurut Iwan Satriawan, pendidikan saat ini lebih berorientasi pada aspek kognitif saja. Hasil dari pendidikan hanya dilihat dari nilai yang berbentu angka. Padahal, aspek sikap dan kepribadian sangat diperlukan untuk membentuk karakter yang mulia.
Ketiga, ketidaktegasan pemerintah dalam menangani berbagai kasus, membuat pelaku tindak pelecehan seksual tidak mengalami efek jera. Ketidaktegasan ini dapat dilihat dari belum disahkannya RUU Penghapusan Kekerasan Seksual yang diusulkan Komnas Perempuan kepada DPR RI.
Menindaklanjuti diskusi tersebut, Kharisma Afif Muaddin selaku ketua pelaksana merencanakan untuk menggelar Istigozah dan Doa bersama di Tugu Adipura pada Kamis malam, (19/5). “InsyaAllah kita akan melakukan istigozah dan doa bersama di Tugu Adipura sebagai bentuk keprihatinan atas kasus–kasus pelecehan seksual,” Ujar Kharisma.
Rilis
