Sistem Baru Perpustakaan Unila

Foto: Repro Internet
313 dibaca
Foto: Repro Internet
Foto: Repro Internet

teknokra.co: Kepala UPT Perpustakaan Unila, Dr. Eng. Mardiana mengatakan, Perpustakaan Unila akan memigrasi sistem barcode dengan sistem Radio Frequency Identification (RFID).

“Hal ini dilakukan untuk memenuhi tuntutan layanan perpustakaan yang lebih baik. Mahasiswa mendapat kemudahan dalam peminjaman buku, dan petugas mendapatkan data valid mengenai stock buku yang tersedia dan yang dipinjam” tutur Mardiana.

Sistem RFID merupakan teknologi identifikasi yang menggunakan gelombang radio. Sistem ini pertama kali diperkenalkan, sekaligus dipatenkan oleh Mario Cardullo pada 1973 dengan menggunakan transponder radio pasif ber-memory. Dalam pengelolaan perpustakaan, sistem RFID saat ini merupakan sistem paling mutakhir dalam proses peminjaman buku.

Secara garis besar, terdapat 3 macam alat yang digunakan dalam sistem ini, yakni tag label, RFID reader, dan antena. Ketiga alat ini dihubungkan dengan gelombang frekuensi yang sama.

Seperti halnya barcode, tag label merupakan label khusus yang ditempelkan pada setiap buku yang akan diidentifikasi. Ada beberapa jenis tag label dalam sistem ini. Untuk perpustakaan, tag jenis read/write yang dapat dibaca dan ditulis ulang berkali-kali-lah yang banyak digunakan. Sedangkan RFID reader digunakan untuk membaca informasi yang terdapat pada tag.

Alat terakhir, antena, terpasang pada tag label dan RFID reader. Antena berfungsi untuk menghubungkan sinyal frekuensi dari kedua alat sebelumnya.

Ketiga alat ini kemudian terintegrasi kedalam mesin-mesin pelayanan RFID, yang meliputi pelayanan peminjaman mandiri, sistem book drop, gebang Electronic Article Surveillance (EAS Gate), dan stock opname.

Peminjaman mandiri menghendaki adanya pelayanan peminjaman buku tanpa melalui petugas perpustakaan. Mahasiswa hanya perlu meletakkan buku yang hendak dipinjamnya diatas meja pindai, dan menempelkan Kartu tanda Mahasiswanya (KTM) pada bagian id identification (sebagaimana mesin ATM). Selanjutnya buku diidentifikasi secara otomatis oleh mesin, dan muncullah rincian peminjaman pada monitor.

Jumlah buku yang dapat diidentifikasi memang tak terbatas, namun Mardiana menuturkan bahwa jumlah buku pinjam maksimal sama seperti sebelumnya, yakni tiga buah buku dalam seminggu. Begitupula dengan denda yang masih Rp 500,- tiap buku per hari keterlambatannya. “Hal ini tentu untuk mengatasi jatah buku yang terbatas di perpustakaan,” ujarnya.

Sistem book drop merupakan pelayanan pengembalian buku. Buku yang telah dipinjam cukup dimasukkan kedalam mesin. Selanjutnya mesin akan mengidentifikasi setiap buku sesuai dengan jenis penomoran buku, sebagaimana yang telah diatur sesuai dengan nomor panggil sebelumnya. Buku yang telah diidentifikasi tersebut, secara otomatis terpisah-pisah kedalam drop box per jenis buku. Terakhir, petugas mengambil buku dari drop box  untuk ditempatkan  di rak buku masing-masing.

Apabila mahasiswa terlambat mengembalikan buku, maka muncul informasi denda di monitor. Mahasiswa mesti membayar denda kepada petugas. Apabila denda belum dibayar maka otomatis peminjaman selanjutnya mahasiswa tersebut tidak diizinkan oleh mesin.

EAS gate merupakan gerbang keamanan yang nantinya diletakkan di pintu keluar perpustakaan. Seperti halnya di swalayan, EAS gate ini berfungsi untuk mendeteksi adanya pengambilan barang tanpa izin. Artinya hal ini dapat meminimalisir adanya mahasiswa  yang mengambil buku, pencurian, atau lupa scaning peminjaman buku terlebih dahulu.

Yang terakhir adalah stock opname. “Bukan berarti sistem barcode tidak dapat mendukung stock opname, namun RFID memiliki database yang lebih rapi dan lebih sistematik dibandingkan dengan barcode. Data yang ditampilkan selalu terupdate dalam sistem secara berkala, sehingga data menjadi valid. Petugas perpustakaan akan lebih mudah mengelola buku dengan menggunakan sistem baru ini,” ujar Mardiana.

Migrasi ini direncanakan akan dimulai pada 1 Februari hingga 31 Maret mendatang. Nantinya ada sekitar 125.000 buku yang akan diberikan tag, 3 mesin peminjaman mandiri, 1 mesin book drop, dan 1 EAS gate. Lebih lanjut, kedepannya direncanakan juga pembayaran denda dilakukan sekaligus dengan mesin. “Kita dapat memfungsikan KTM sebagai ATM mahasiswa, atau membuatnya seperti sistem mesin pembelian minuman soda,” tambahnya.

Laporan: Wawan Taryanto

Responses (0)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 + 6 =