Dilansir dari detik.com, Minggu (29/03) Ketua Palang Merah Indonesia yang sekaligus Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla tengah mengapresiasi kegiatan donor darah yang dilakukan serentak di 25 kota hingga memecahkan rekor MURI.
Dewasa ini, kegiatan donor darah sering digalakkan dan dilaksanakan diberbagai event kegiatan. Pendonor sendiri dibagi menjadi tiga kategori pendonor yakni siaga, sukarela, dan pengganti. Siaga adalah pendonor yang siap kapan saja ketika darahnya dibutuhkan. Sukarela adalah pendonor yang secara sukarela menyumbangkan darahnya tanpa terikat waktu. Sedangakan untuk kategori pengganti adalah pendonor yang menggantikan pendonor yang seharusnya.
Firda Nur Islami (Biologi ’13) menceritakan awal mula Ia mulai mendonorkan darah, teriring rasa kemanusiaan semasa duduk di kelas tiga Sekolah Menengah Atas (SMA), Ia pun mulai mendonorkan darahnya di tahun 2013. Hingga sekarang, setiap tiga sampai empat bulan sekali donor darah tak pernah absen dari rutinitasnya. Selain kepuasan batin karena bisa membantu orang lain, setelah mendonor darah Firda juga merasakan tubuhnya jadi lebih segar. “Kalau belum donor, rasanya ada yang kurang,” katanya. Firda sendiri adalah seorang pendonor siaga. Sampai saat ini ia sudah delapan kali mendonorkan darahnya.
Sama halnya dengan Firda, Arenda Reza Rianda (Teknik Geofisika ‘11) juga seorang pendonor siaga. Ia menyumbangkan darahnya sejak 2010 dan sampai sekarang. Sudah 15 kali Arenda menyumbangkan darahnya. “Bahkan saya pernah donor ketika sedang menjalankan puasa,” ujar Arenda. Baginya, darah adalah jembatan untuk menolong sesama. Pernah satu waktu darahnya digunakan untuk membantu melahirkan sesar, penyakit kelamin, dan talasemia. Arenda mengaku bahagia tatkala ada satu bagian dari tubuhnya yang dapat menyelamatkan nyawa orang lain.
Sel darah merah berguna untuk mengedarkan oksigen ke otak dan seluruh tubuh. Sayangnya tak semua orang memiliki sel darah merah yang normal. Penderita hemofili, talasemia, dan anemia memiliki kelainan bentuk dan volume sel darah merahnya. Sehingga mewajibkan mereka menerima tambahan darah secara rutin. Kondisi ini bertolak belakang akan jumlah pendonor darah yang dimiliki Indonesia.
Ditemui diruang kerjanya, dr. Firmansyah Roni di gedung Palang Merah Indonesia (PMI) Provinsi Lampung mengatakan jumlah pendonor darah di Indonesia masih sangat minim jika dibandingkan dengan beberapa Negara di Asia yang tingkat kesadaran akan mendonorkan darah tinggi. Jumlahnya hanya sekitar 10% dari total jumlah penduduk Indonesia.
Sampai saat ini, tambah dr. Firmansyah, darah hanya dapat diproduksi oleh manusia. Mengingat belum adanya penemuan akan teknologi yang dapat menghasilkan darah.
“Untuk menjadi pendonor darah ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti tekanan darah, dan jumlah hemoglobin dalam tubuh,” katanya. Hal-hal tersebut penting diperhatikan guna menghindari sesuatu yang tidak diinginkan, misal penggumpalan darah di tubuh penerima darah.
Firman juga membeberkan beberapa manfaat setelah kita mendonorkan darah, yakni membantu sesama dan membentuk rasa empati. “Posisikan jika kita adalah orang yang membutuhkan darah. Walau membantu tak seharusnya mengharap balasan, tapi kita belajar perduli kepada orang lain,” katanya. Perlu diketahui, sel darah merah kita memiliki batas waktu sampai ia harus membentuk sel baru. Hal tersebut terjadi tiap tiga bulan sekali. Untuk wanita akan sangat mudah karena memiliki siklus haid. Berbeda dengan laki-laki yang tidak memiliki siklus haid. dr. Firmansyah juga menunjukan penelitian terbaru yang menambah manfaat lagi untuk pendonor darah yakni menyehatkan jantung. Selapas mendonor tubuh kehilangan sekitar 5% darah dalam tubuhnya hal tersebut memperingan kerja jantung yang tidak terlalu berat memompa darah. Karena semakin sedikitnya darah yang harus dipompa, semakin mudah jantung bekerja.
Laporan: Yola Septika