Damai Meski Berbeda: Pelajar Muhammadiyah Kunjungi Jemaat Ahmadiyah Lampung

Ketua Pelajar Muhammadiyah, Nasir Effendi memberikan seserahan kepada Mubaliq Jemaat Ahmadiyah Lampung, Rahmat Rahmadijaya di Masjid Minan-Ur-Rahman, Kota Bandar Lampung (3/5). Foto: Teknokra/Sintia Enola Tambunan.
900 dibaca

Teknokra.co: Ahmadiyah dan Sunni, dua kelompok islam yang memiliki perbedaan pandangan soal eksistensi “Imam Mahdi”, telah lama mengalami keretakan yang melahirkan sejumlah peristiwa konflik dan diskriminasi lintas aliran. Baik di indonesia, maupun di luar negeri.

Namun meskipun demikian, dialog perdamaian di antara kedua kelompok dianggap dapat memberikan ruang untuk menghilangkan mispersepsi dan prasangka, khususnya di generasi muda.

Dalam sebuah kunjungan yang bersahabat, Ikatan Pelajar Pemuda Muhammadiyah (IPM) mengunjungi jemaat Ahmadiyah Lampung di masjid Minan Ur Rahman, sebuah masjid Ahmadiyah yang terletak di Teluk Betung Utara, Kota Bandar Lampung, pada Sabtu (3/5).

Dalam dialog tersebut, pembahasan soal kedekatan historis antara Muhammadiyah dan Ahmadiyah menjadi salah satu bahasan utama. Sebab, Muhammadiyah disebut sebagai salah satu kelompok islam yang membantu memudahkan kedatangan Mirza Tahir Ahmad, Khalifah jemaat Ahmadiyah ke Indonesia tahun 2000 lalu.

Tak cuma itu, sejumlah cendekiawan Muhammadiyah juga turut serta melakukan penelitan dan riset mengenai sejarah eksistensi jemaat Ahmadiyah di Indonesia pada masa perjuangan melawan penjajahan Belanda, di mana buku-buku Ahmadiyah saat itu disebut memengaruhi pemikiran sejumlah tokoh nasional.

Klarifikasi soal ajaran Ahmadiyah juga menjadi pembahasan yang sentral. Muballiq Ahmadiyah Lampung, Rahmat Rahmadijaya bersama sejumlah tokoh Ahmadiyah lainnya di Lampung memberikan sejumlah penerangan soal konsep kenabian, khilafah, jihad dan berbagai topik lainnya.

Diskusi berjalan secara interaktif, di mana para pelajar Ahmadiyah juga melemparkan beberapa pertanyaan yang selama ini menimbulkan rasa penasaran mereka terhadap ajaran Ahmadiyah. Namun, fokus dari diskusi tersebut adalah menemukan titik persamaan, bukan perbedaan.

Nasir Effendi, Ketua Pelajar Muhammadiyah yang menjadi penanggung jawab kunjungan tersebut, mengatakan jika kunjungan tersebut mampu meluruskan kesalahpahaman yang selama ini berkembang terhadap jemaat Ahmadiyah, ia membayangkan dirinya mungkin tak akan mampu bertahan jika ia mengalami persekusi yang selama ini diterima oleh Ahmadiyah.

“Mereka ini sangat teguh, sabar dengan memiliki banyaknya intimidasi dan diskriminasi. Dari sini saya belajar, saya ketika mendapatkan perlakuan yang sama bisa tetap tegar, tabah, sabar dalam menjalani cobaan,” katanya.

Generasi Muda Mematahkan Prasangka

Para pelajar Muhammadiyah tersebut, diisi oleh anak muda yang kebanyakan masih duduk di bangku kuliah. Mereka tampak lebih progresif dalam memahami perbedaan-perbedaan yang ada.

Nasir mengatakan, ia yakin bahwa kelak anak muda Muhammadiyah dapat lebih tenang dalam menghadapi potensi konflik. Anak muda juga dinilai lebih mampu mengakses informasi secara lebih luas.

“(Anak muda) sudah bisa membaca informasi dari barat, timur, dan di manapun itu. Sehingga ketika mendapatkan satu perbedaan (atau) satu tekanan teman-teman tidak terlalu emosional dan tidak kaget lagi,” katanya.

Rahmat Rahmadijaya, juga menyampaikan pesan perdamaian kepada pelajar Muhammadiyah, ia berharap persatuan dan kebersamaan sebagai sesama muslim dapat kokoh meskipun terdapat perbedaan.

“Kami sendiri Ahmadiyah mempunyai motto ‘Cinta kepada semua dan tiada benci pada siapapun’ ketika kita berhubungan dengan mahkluk yang lain, tentunya kita tidak melihat keyakinan dan agamanya, kita akan bantu kalau dia memang butuh pertolongan,” Pungkasnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

10 − 8 =