Surat Terbuka Untuk Ketua Senat dan Presiden BEM Unila

291 dibaca

teknokra.co: Yth. Ketua Senat dan Presiden BEM Universitas Lampung

Kita sadar, kita sedang menghadapi masa-masa sulit, masa dimana kita tidak menyangka bahwa Wuhan juga menyampaikan pesan kematian yang jaraknya ribuan kilometer dari Indonesia. Masa itu sudah terjadi, dan kita sedang menghadapinya.

Universitas Lampung yang bercita-cita masuk dalam Top Ten University 2025 pun menghentikan kegiatan belajar mengajar melalui metode tatap muka dengan menerapkan sistem belajar online yang ternyata dinilai belum efektif. 

Mahasiswa merasa cemas dan serba kebingungan, uang kuliah tunggal yang sudah dibayarkan pada awal tahun diminta untuk diberikan kebijaksanaan dengan opsi dikembalikan atau dikonversi menjadi subsidi kuota Internet. Mahasiswa yang telat bayar UKT,  tidak ada urusan walaupun pandemi melanda, denda Rp 150 ribu per bulan tetap harus dibayar.

Wacana pembebasan UKT untuk semester depan juga santer disuarakan, sebab pandemi global ini melumpuhkan semua sektor perekonomian. Sesuai SE Plt. Dirjen Dikti No 302/E.E2/KR/2020  perihal tugas akhir, UKT, dan hal lainnya yang berkaitan dengan pembelajaran di perguruan tinggi, sepenuhnya menjadi otoritas masing-masing Pimpinan Perguruan Tinggi.

Berarti, ini soal pemimpin kita, tergerak atau tidak, mau atau tidak, untuk menjadi pionir bagi kampus lain agar meringankan keadaan mahasiswa yang inheren dengan perekonomian keluarga. Jangan dilihat penghasilan orangtuanya PNS atau pengusaha. Tapi lihat mereka yang penghasilannya dari bertani, berkebun, tukang ojek, supir angkutan umum, dan lain-lain. Sehingga kita semua terkategori menjadi ODP bukan Orang Dalam Pemantauan namun Orang Dalam ‘Paceklik.’

Surat ini tertuju kepada Ketua Senat Unila dan Presiden BEM Unila, kenapa tidak tertuju ke Rektor Unila sebagai pemegang juru kunci kebijakan? Karena saya belum pernah punya kesempatan diskusi dengan beliau. Karena tentu siapalah saya? Saya hanya mahasiswa biasa tingkat akhir yang Prof. Karomani pun tidak mengenal saya. Mengenal pun tidak apalagi ingin mendengarkan curahan saya. Namun, kepada Ketua Senat dan Presiden BEM Unila saya pernah berbincang, walaupun saya tahu arah perbincangan itu terkesan normatif. Namun, saya percaya harapan sebagian besar mahasiswa Unila hari ini ada di pundak mereka, untuk mendorong sang penguasa tergerak agar memahami dampak pandemi global yang multidimensi.

Kebijakan yang meringankan seperti memberikan subsidi kuota internet untuk seluruh mahasiswa Unila tanpa terkecuali, penghapusan denda telat pembayaran UKT, dan pembebasan biaya UKT di semester depan adalah harapan mahasiswa Unila hari ini. Dengan turut memperjelas dan memperbaiki proses kegiatan belajar mengajar sistem daring.

Malapetaka covid-19 yang berasal dari China berhasil melumpuhkan dunia, Yuval Noah dalam tajuk ‘The World After Coronavirus’ menyebut bahwa umat manusia saat ini sedang menghadapi sebuah krisis global. Barangkali krisis terbesar yang terjadi pada generasi kita.

Mari kita nikmati bersama masa sulit ini, mari kita tanggung bersama-sama, seperti potongan puisi Bapak Jusuf Kalla:

“Kepada Bangsa, bersatu dengan penuh semangat

Semua dapat membantu sesuai kemampuan

Bagi yang ahli membantu yang sakit

Bagi yang mampu membantu yang rentan,”

Dengan penuh harap, badai pasti berlalu dan segeralah berlalu.

Demikian surat terbuka ini saya tujukan untuk direnungkan dan dipertimbangkan.

Salam Hormat.

Ismi Ramadhoni

Mahasiswa Biasa Tingkat Akhir Fakultas Hukum Unila

Opini: Ismi Ramadhoni

Mahasiswa Fakultas Hukum 2016

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

one × one =