Teknokra.co : Jalur terjal yang licin akibat hujan gerimis menjadi tantangan tersendiri dalam perjalanan menuju Gapoktan Sumber Makmur pada Rabu, (14/5). Meski demikian, semangat untuk mengenal lebih dekat aktivitas pemberdayaan petani hutan menjadi penyemangat tersendiri bagi para jurnalis.
Tiba sekitar pukul 11.50 WIB, para jurnalis disambut hangat oleh warga setempat dengan seduhan kopi hitam. Sebuah tenda biru berdiri kokoh di tengah derasnya hujan, menjadi tempat berkumpul dan berbagi cerita.
Supervisor Pendamping Masyarakat, Aji Mandala Putra, menjelaskan bahwa Gapoktan Sumber Makmur menaungi 18 Kelompok Tani Hutan (KTH) yang mengelola lahan seluas 1.412 hektar di kawasan blok pemanfaatan. Masing-masing KTH terdiri dari sekitar 80 orang petani.
“Gapoktan Sumber Makmur punya 18 KTH, masing-masingnya sekitar 80 orang,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia juga mengungkapkan bahwa Sumber Makmur telah berdiri sejak tahun 2012 dan kini masing-masing KTH terdiri dari sekitar delapan puluh orang.
Aji juga menjelaskan bahwasannya Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) berkolaborasi dengan Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesatuan Pengelolaan Hutan Provinsi Lampung (UPTD KPHL) untuk memberdayakan dan membina para petani dalam mengelola blok pemanfaatan yang berbatasan dengan blok inti. Hal ini dilakukan untuk melindungi petani dari bahaya satwa liar di perbatasan blok inti.
Selain itu, YIARI mengusung program Sekolah Lapang bagi para petani Sumber Makmur yang bertujuan untuk meningkatkan wawasan dan produktivitas, baik pertanian maupun peternakan.
“YIARI dan KPH telah bekerjasama membantu para petani Sumber Makmur dalam mengelola blok pemanfaatan, kami juga melaksanakan program Sekolah Lapang guna menambah wawasan dan produktivitas para petani, baik pertanian maupun peternakan,” jelasnya.
Ia juga menambahkan perihal penerapan model agroforestri, yakni pemanfaatan pepohonan asli hutan dengan tanaman pertanian yang bertujuan untuk menambah hasil usaha tani. Penerapan model ini didukung lantaran dapat membantu menutup lahan yang kosong akibat kebakaran dengan menanam tanaman tajuk tinggi.
“Kami menerapkan model agroforestri supaya hasil usaha tani meningkat, tak hanya itu juga membantu menutupi lahan kosong yang sebelumnya telah terbakar dengan cara menanam tanaman tajuk tinggi,” tambahnya.
Dayat, selaku ketua Gapoktan Sumber Makmur juga ikut memberi pernyataan. Ia menceritakan bahwa Sumber Makmur telah berdiri sejak tahun 2012 usai mendapatkan surat izin menggarap dari Pemerintah Daerah. Dayat menyebutkan dulunya mereka secara diam-diam mengelola hutan Batu Tegi hingga dikejar oleh Polisi Khusus (Polsus) atau yang kini disebut Polisi Hutan (Polhut). Namun, saat ini mereka telah bekerjasama dengan KPH dan memperoleh pembinaan.
“Singkat cerita dulu kami seperti anjing yang dikejar-kejar, pada satu itu namanya Polsus mengejar kami, saya teringat pernah menangis tengah malam, namun sekarang Alhamdulillah kami bekerjasama dengan KPH dan menerima pembinaan sehingga kami memperoleh banyak manfaat dan pengalaman,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Dayat mengungkapkan rasa syukurnya atas kehadiran YIARI dalam membantu proses bertani Gapoktan Sumber Makmur. Ia menyebutkan bahwa kehadiran YIARI sangat berdampak pada peningkatan kualitas pertanian dan peternakan, mulai dari penanaman, perawatan, memanen, dan pengelolaan. Dayat juga menyebutkan bahwa hasil usaha tani Gapoktan Sumber Makmur terus meningkat tiap tahunnya.
“Kami juga bersyukur atas kehadiran YIARI yang membantu kami, karena kami merasakan dari tahun ke tahun ada peningkatan,” tambahnya.
Zelly Noorochim, selaku Koordinator Penyuluhan Kehutanan ikut memberi tanggapan. Ia menyebutkan bahwa Gapoktan Sumber Makmur yang berlokasi di register 22 Way Wayak di Kabupaten Tanggamus merupakan Gapoktan yang berbatasan langsung dengan blok inti. Zelly menjelaskan perihal larangan petani untuk mengeksploitasi kayu di hutan Batu Tegi.
“Gapoktan Sumber Makmur ini kan tepatnya di register 22 Way Wayak, berbatasan langsung dengan blok inti, seperti yang disampaikan oleh pak Dayat, kini kami bekerjasama membantu pengelolaan hutan, kecuali pengelolaan kayu,” ungkapnya.
Ia juga menambahkan ada tiga register di wilayah hutan Batu Tegi, yaitu register 22 Way Wayak, register 32 Bukit Rindingan, dan register 39 Kota Agung Utara. Lalu, register 22 Way Wayak memiliki enam ressort, yaitu Sumber Makmur, Sumber Rezeki, Timbul Jaya, Cempaka, Warga Makmur, dan Mitra Jaya.
Lebih lanjut, Zelly menyebutkan di antara enam ressort masih ada yang berstatus izin dan tidak berizin dalam melakukan kegiatan.
“Tadi dari enam kelompok yang ada di ressort Way Wayak selebihnya itu ada kelompok-kelompok lain yang memang belum ada izinnya, jadi masih ilegal,” tambahnya.
Sukisno, selaku ketua KTH 10 mengungkapkan bahwa Gapoktan Sumber Makmur hingga kini berfokus pada pengelolaan tanaman kopi, kakao, dan kemiri. Adapun tanaman lainnya, seperti padi, jagung, cengkeh, durian, petai, dan jengkol dikelola untuk meraih banyak keuntungan.

Ia menyebutkan bahwa tanaman kopi biasanya dipanen setiap tahun sekali. Sebelum menggunakan pupuk organik, tanaman kopi menghasilkan tujuh kuintal. Setelah menggunakan pupuk organik, tanaman kopi mampu menghasilkan satu ton. Sukisno mengungkapkan bahwa harga kopi per kilogram nya sebesar 65 ribu.
“Harga kopi per kilogram nya itu 65 ribu, biasanya kami panen bisa mencapai satu ton setelah menggunakan pupuk organik,” ujarnya.
Ia juga menambahkan perihal harga kakau yang mencapai minimal 100 ribu dan kemiri seharga 10 ribu. Lebih lanjut, Sukisno juga menjelaskan bahwa proses pemanenan kopi membutuhkan waktu satu bulan sebelum dijual ke tengkulak.
“Harga kakau itu minimal 100 ribu, semakin kering semakin naik harganya, kemiri juga 10 ribu, dan untuk kopi tadi itu proses panen nya bisa satu bulan karena dijemur dulu dan digiling,” jelasnya.
Ia juga menambahkan bahwa Gapoktan Sumber Makmur juga mengelola ternak kambing gulir. Mulanya dua ekor dan kini total sembilan ekor.
Sukisno mengungkapkan bahwa hasil usaha tani dan ternak telah menghasilkan keuntungan yang memuaskan.
“Kami juga memelihara kambing gulir, awalnya dua ekor, sekarang sembilan ekor, yahh dari usaha kami di sini sudah menghasilkan keuntungan yang memuaskan,” tambahnya.
Terakhir, ada pun seorang petani perempuan tangguh yang bersemangat dalam mengelola usahak ternak maupun usaha tani. Sri Atmiyatun, salah satu ketua KTH Gapoktan Sumber Makmur menyebutkan bahwa dirinya telah mempelajari cara membuat pupuk organik padat, pupuk organik cair, pestisida nabati, dan dan membuat minyak kemiri.
“Minyak kemiri, pupuk organik cair, pupuk organik padat, pestisida nabati telah kami buat dari sekolah lapang,” ucapnya.
Ia juga menambahkan perihal pembuatan pupuk organik padat dan cair dengan memanfaatkan kambing. Sri menyebutkan bahwa pembuatan pupuk organik mampu menekan biaya pembelian pupuk kimia.
“Meski kami tetap menggunakan pupuk kimia, tetapi berkat pupuk organik, biaya pembelian pupuk kimia lebih ringan,” ucapnya.
Lebih lanjut, ia menyebutkan pernah mengalami gagal panen yang mulanya minimal lima kuintal kopi menjadi satu kuintal akibat cuaca ekstrem.
“Tahun kemarin kami agak gagal. Biasanya dapat minimal lima kuintal, tahun kemarin cuma dapat satu kuintal karena iklim yang ekstrem,” keluhnya.
Sri berharap dirinya mampu berkembang dan memajukan Gapoktan Sumber Makmur.
“Aku disinilah tinggal, jadi gimana caranya disinilah aku pingin maju, dari sini aku pingin berhasil,” pungkasnya.