Kampus  

Rusunawa (Kembali) Menuai Keluh

250 dibaca

Rusunawa Menuai Keluh

teknokra.co: Selasa (9/4) Pukul 04.00 dini hari, kucuran air terdengar dari tiap-tiap lantai terutama lantai empat. Suara guyuran pun tidak hanya terdengar dari satu kamar mandi.

“Air masih hidup gak?”

“Masih, buruan mandi!”

Kegaduhan itu mulai terdengar jelas. Beberapa orang mulai turun ke lantai dasar untuk mengangkut air, semua sudah paham dengan kegaduhan menjelang pagi hari.

Kejadian yang jarang ditemukan disemester satu, namun kini hal tersebut sudah menjadi rutinitas setiap harinya di Rumah Susun Mahasiswa (Rusunawa). “Air gak lancar, jadi kita harus ngambil air di lantai dasar dulu terus kita angkut kelantai empat,” ujar Daryati mahasiswa Fakultas Pertanian Jurusan Agroteknologi.

Sebelum mengangkut air ke lantai empat Daryati dan beberapa rekannya terlebih dahulu harus menimba air sumur di lantai dasar. Bagi Daryati jika tidak ada air maka akan menjadi pilihan kuliah tanpa mandi.

Mahasiswa angkatan 2012 ini selalu bangun lebih awal dibanding rekan-rekan sekamarnya, selain karena ia terbiasa bangun pagi, ia juga ingin menampung air untuk keperluan mandi sebelum air mati.

Tak hanya dikala pagi hari saja mereka harus mengangkut air.

“Ada air gak?”

Kata-kata itu kembali terdengar dikala matahari akan tenggelam. Jika tak ada air, sejak pukul 16.00 hingga pukul 18.00 penghuni Rusunawa mulai terlihat menggangkut air. Ketika hari sudah mulai gelap tak jarang mereka lebih memilih untuk tidak mandi.

Lia Dwi Susanti (FKIP Sejarah ‘12) mengatakan, ia pernah menanyakan hal tersebut kepada pengelola. Tetapi pihak pengelola beralasan para penghuni rusun menggunakan air dengan boros sehingga air sering mati. “Sungguh gak masuk akal, kalau air mati karena kita boros menggunakan air. Padahal dulu semester satu kamar mandi nyala semua tapi tidak pernah mati airnya, kok sekarang kamar mandi yang satu udah mati ditambah banyak kran yang rusak kok dibilang kita boros gunainnya,” keluh Lia.

Tak jauh berbeda dengan kedua rekanya, Khasma mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Jurusan Biologi 2012, mengaku sejak awal memang memiliki keinginan tinggal di Rusunawa karena yang terbayang olehnya Rusunawa bisa gratis hotspot dan fasilitas yang memadai juga kenyamanan. Namun kini tak sesuai dengan yang ia bayangkan.“Asrama itu ya dimana-mana bagus, nyaman, bersih dan aman. Jadi saya mutusin tinggal di Rusun. Lagian dulu belum sempat cari kosan,” ujar Khasma

Seringnya mati lampu dan mati air menjadi kendala besar bagi Khasma dan beberapa rekanya, tak hanya mengganggu waktu mandi saja tetapi juga wudhu saat ingin shalat juga menjadi terkendala. “Apalagi dikala ingin shalat, mau gak mau kita harus mengambil air di bawah. Kalau gak ngambil air dibawah ya gak bisa shalat. Selain itu juga Jika mati listrik, pasti gak masak nasi dan mesti beli dikantin dan uangnya mesti ngeluarin lebih,” tambahnya

Terjangkit Penyakit Kulit

Tak hanya air dan seringnya mati lampu yang dikeluhkan mahasiswa yang tinggal di Rusunawa, beberapa mahasiswa yang tinggal disana juga mulai terkena penyakit kulit akibat air yang kotor dan tidak jernih.

Evalia Novalianti mahasiswa FKIP Matematika mengatakan, dulunya ia memang pernah mengalami penyakit gatal tetapi tidak seberapa parah dan juga penyakitnya tidak pernah kambuh lagi.“Awalnya itu cuma gatal biasa, eh kok lama kelamaan tambah lebar dan gatalnya memerah, jadi ya aku periksain lah ke dokter, ternyata aku terkena penyakit kulit seperti yang dulu. Sesuai sdugaan, aku memang gak cocok dengan air di Rusun,” terangnya.

Mahasiswa angkatan 2012 ini mengalami hal itu dari semenjak bulan pertama di Rusunawa, dan hingga saat ini ia masih mengalami hal serupa “Terkadang kambuh lagi gatalnya kalau pakai air yang sedikit kotor,” tambahnya

Hal senada juga dialami M Nuzzul Eko Prasetyo mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teknik Geofisika 2012, sejak awal tinggal dirusunawa ia sudah terkena penyakit kulit. “Kalau dulu pertama dirusun gatel-gatel, tapi kalau sekarang udah kebal” ujarnya dengan senyum.

Tak jauh berbeda dengan kedua rekanya, Siti Khodijah (FKIP Sejarah ’12), menurutnya sejak awal ia sudah melihat air yang biasa digunakan sehari-hari memang tidak bersih. “ Kan aku masak air, kata teman airnya bau amis terus aku coba minum lah airnya. Emm ingin muntah rasanya,” ungkap Siti.

Saat dikonfirmasi, Kepala Badan Usaha Unila, I Komang Winatha saat ditemui di Gedung Serba Guna (GSG) enggan menanggapi mengenai hal itu. Menurutnya segala sesuatu yang berhubungan dengan Rusunawa bisa ditanyakan kepada Koordiantornya.

Hal yang tak jauh berbeda juga dikatakan Koordinator Rusunawa Ir. Suarno Sadar, ia enggan menananggapi banyaknya keluhan yang diutarakan mahasiswa. Menurutnya penyakit kulit yang dialami sebagian mahasiswa yang tinggal di Rusunawa bukan karena air yang tidak bersih. “Mungkin kulit mereka yang sensitif, bukan karena air yang tidak bersih saja,” terangnya. Selain itu, saat ditanya mengenai air di Rusunawa, Suarno menjawab tidak tahu menahu mengenai hal tersebut dan ia juga menambahkan bahwa hal itu bisa ditanyakan langsung kepada Pembantu Rektor III

Setali tiga uang saat ditemui di ruanganya, Pembantu Rektor (PR) III Prof. Sunarto pun memberi tanggapan serupa, dia mengatakan tidak tahu menahu mengenai Rusunawa, baik bangunannya maupun mahasiswa yang tinggal didalamnya. Dia juga mengatakan hal tersebut bisa ditanyakan kepada Koordinator Rusunawa. (Lia Vivi Farida)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

five + 5 =