teknokra.co: Sampah selalu saja menjadi masalah bagi lingkungan. Kebiasaan tak mau ambil pusing mengurusi sampah membuat masyarakat hanya membuangnya begitu saja. Kesadaran masyarakat Indonesia untuk menjaga sungai juga minim.
Banyak yang justru menjadikan sungai sebagai tempat yang cocok untuk membuang sampah. Padahal, kebiasaan ini dapat mengakibatkan pencemaran.
Tercatat, 55,5% sampah di Kota Bandar Lampung dibuang ke saluran drainase dan sungai-sungai. Sampah tersebut merupakan sampah rumah tangga dan pasar tradisional. Banyaknya sampah yang menumpuk di saluran drainase membuat petugas kebersihan kewalahan memilah sampah untuk di bawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Tak jarang, petugas terpaksa membiarkan sampah menumpuk dan mencemari sungai.
Hal ini mejadi pemicu bagi Haki Midia A. dan kawan-kawannya membuat inovasi alat penyaring sampah. Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro itu memanfaatkan sistem dual stage clean drainage. Alat yang mereka gunakan dinamai mekanikal barsrin dan elektro koagulasi. Pengoprerasian kedua alat ini menggunakan tenaga arus air menggunakan turbin. Cara ini efektif karena tak perlu arus listrik untuk pemasangannya.
Mekanikal barsrin sebenarnya sudah digunakan sebagai penyaring pada aliran sungai-sungai, besar seperti Sungai Musi. Namun, pengoprerasian alat ini membutuhkan daya yang relatif besar sehingga tak efesien untuk sungai kecil. Untuk itu, Haki dan teman-temannya membuat inovasi mekanikal barsrin mini yang menggunakan daya kincir air sebagai penggerak.
Alat ini telah diuji coba pada drainase yang ada di Pasar Tugu, Bandarlampung. Drainase Pasar Tugu dianggap sebagai drainase yang memiliki tingkat pencemaran tinggi. Percobaan yang dilakukan pada bulan Maret hingga Agustus 2014 ini menunjukkan hasil baik. Inovasi Haki ternyata mampu menyaring sampah sehingga tak terbawa aliran sungai.
Cara kerja dari alat ini mengandalkan arus listrik yang dihasilkan oleh turbin. Turbin pada alat ini memanfaatkan aliran drainase sebagai sumber energi. Mekanikal Barsrin akan bekerja dengan menyaring sampah yang melewatinya. Sampah kemudian diangkat oleh bak berkatrol dan ditampung pada bawah kotak sampah. Setelah sampah terpisah, air tidak langsung bisa masuk ke sungai. Air masih harus melewati filter yang akan mengendapkan kotoran yang ada di air. Sistem kerja filter ini menggunakan prinsip koagulasi elektro. Adanya perbedaan medan listrik dapat membuat koloid yang ada di air sungai terendapkan sehingga air menjadi jernih. Air yang telah melewati alat tersebut dipastikan minim pencemar.
Kehadiran alat ini menjadi solusi efektif bagi sungai-sungai kecil yang membutuhkan alat penyaring. Petugas kebersihan juga akan terbantu karena hanya perlu mengangkut sampah yang telah dipisahkan. Apalagi, biaya pembuatan produk ini hanya 10 juta sehingga masih terjangkau.
Haki berharap alat yang telah dia buat bersama teman-temannya dapat bermanfaat untuk mengurangi pencemaran sampah terhadap air sungai. Ia mengaku telah sering menciptakan alat yang di ikutkan pada ajang Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM). “Bahkan hampir setiap tahun selalu lolos Pimnas. Tahun lalu alat yang kami buat telah dipatenkan oleh Dikti,” ujarnya.