HAM, Kampus  

Soroti Pelanggaran HAM, IKMAPAL Gelar Aksi Tuntutan Keadilan

Aksi Demo IKMAPAL pada Sabtu (31/05). Foto: Teknokra/Alfian.
96 dibaca

Ikatan mahasiswa Papua Lampung (IKMAPAL) gelar aksi damai sebagai bentuk seruan moral dan tuntutan keadilan atas berbagai pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Papua dengan mengusung tema “Catatan gelap HAM di Papua” di Tugu Adipura, Kota Bandar Lampung pada Sabtu (31/5).

Aksi tersebut menyoroti berbagai kasus pelanggaran HAM yang diduga dilakukan oleh aparat keamanan terhadap masyarakat sipil. Beberapa kasus yang disoroti di antaranya adalah penembakan terhadap tiga warga sipil di Intan Jaya dan lima warga sipil lainnya di Dogiyai.

Ada enam tuntutan yang di bawakan dalam demo ini yaitu
1. Hentikan operasi militer dan tarik TNI-Polri dari rakyat sipil serta akhiri pendekatan militeristik.
2. Adili pelaku pelanggaran HAM, usut hukum aparat yang terlibat pelanggaran HAM secara adil dan transparan
3. Pemulihan hak korban pengungsian berikan keadilan, perlindungan, dan pemulihan bagi korban
4. Buka akses bagi pemantauan dan izinkan jurnalis, LSM, dan pemantauan HAM masuk ke seluruh wilayah papua
5. Stop kriminalisasi aktivis, lindungi hak berekspreksi, berkumpul dan menyapaikan pendapat rakyat papua
6. Mewujudkan dialog damai, bangun dialog sejati antara negara dan rakyat papua. Libatkan tokoh adat, agama, dan masyarakat

Andrian, salah satu peserta aksi, menegaskan bahwa banyak kasus penembakan yang selama ini dilabeli sebagai tindakan terhadap Organisasi Papua Merdeka (OPM), ternyata menimpa warga sipil yang tidak bersalah.

“Dan isu yg mereka angkat yaitu penembakan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) itu bukan, tetapi itu warga sipil,” tegasnya.

Aksi ini diikuti oleh sekitar 30 mahasiswa dari IKMAPAL serta didukung oleh elemen mahasiswa lain seperti Liga Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (LMID), Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Lampung (BEM Unila), Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND), dan Forum Literatur.

Cristianus Boby (Akutansi’22) mengungkapkan turut merasakan duka atas banyaknya korban sipil dalam konflik di Papua, sehingga aksi ini diharapkan dapat membuka mata publik terhadap kekerasan HAM di papua.

“Duka disana itu duka kami juga, maka itu kami minta pemerintah publik agar stigma-stigma buruk yang selalu di keluarkan, denga itu kami melakukan aksi damai,” ungkapnya.

Ia juga meminta negara untuk mengubah pendekatan dalam menangani isu Papua menjadi lebih manusiawi.

“Jika ingin mempertahankan papua silahkan lakukan pendekatan secara manusiawi,” pintanya.

Norpen Samba (Administrasi Bisnis’23) berharap kepada seluruh mahasiswa papua di lampung untuk lebih peduli terhadap kekerasan yang di lakukan aparat TNI dan Porli untuk dapat di hentikan

“Kepada mahasiswa papua di lampung agar kekerasan TNI dan Porli dapat di tarik dari indonesia,” pungkasnya.

Penulis: Bintang RahmajaniEditor: Annisa Shabrina Hanun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

eight − three =