Kampus  

Berdaya Dalam ODHA

506 dibaca

Teknokra.co : Plang putih berdiri tegak terpampang di depan rumah singgah sederhana yang menjadi ikon Rumah Sahabat JOB. Mungkin dibalik kata JOB muncul di benak masyarakat, kata bahasa Inggris yang berarti pekerjaan atau profesi. Namun JOB yang dimaksud bukanlah berasal dari Bahasa Inggris, melainkan singkatan.  Apa itu JOB? JOB adalah singkatan dari Jaringan ODHA Berdaya yang merupakan sebuah lembaga swadaya bagi orang yang terindikasi HIV dan AIDS di Lampung.

“Jauhi penyakitnya, bukan orangnya” Slogan yang pantas menepis stigma miring masyarakat terhadap penyakit HIV dan AIDS yang kerap kali tertanam stigma miring dalam penularannya.

Hubungan seksual yang tidak aman, jarum suntik, dan air susu ibu adalah hal yang utama dalam penularan infeksi HIV dan AIDS. Tetapi nyatanya tak menggubris stigma miring masyarakat yang masih menjauhi ODHA.

Pada tanggal 15 Maret 2015 merupakan momen angin surga bagi orang terindikasi HIV dan AIDS, karena pada tanggal tersebut JOB didirikan.

Pada saat itu, Elvina Harahap selaku Koordinator JOB yang akrab dipanggil Vina itu tergugah hatinya. Setelah dirinya dinyatakan stabil dari paparan HIV dan AIDS, ia mulai mendirikan JOB. Tak hanya seorang diri, JOB didirikan bersama empat rekan  lain yang  hampir semua berlatarkan ODHA (Orang dengan HIV dan AIDS). Kiri mereka sudah stabil dan menjadi pengurus sekaligus pendamping ODHA.

Begitu banyaknya ODHA, serta kebutuhannya yang berbeda-beda ditambah dengan adanya stigma miring dan diskriminasi dari masyarakat  membuat Vina dan empat rekannya terdorong untuk teguh mendirikan lembaga swadaya yang hingga saat ini terhitung hampir 7 tahun berdiri.

Ia mengatakan ODHA bukan hanya masalah kesehatan.

“Sekilas cuma kelihatan masalah kesehatan, padahal dampak-dampaknya, implikasi yang ditimbulkan itu ya semua aspek bisa dialami, sosial, budaya, ekonomi, Hak Asasi Manusia (HAM), jadi sangat kompleks ya, jadi permasalahan HIV dan AIDS ini sangat kompleks,” Ucap Vina dengan senyuman yang terpancar dari raut wajah wanita berusia 39 tahun itu.

Tidak hanya menyelenggarakan rumah singgah dan sosialisasi, di setiap harinya Vina dan rekan pendamping Odha lainnya turut melakukan pendampingan pengobatan terhadap Odha di Rumah Sakit Abdul Moeloek, Bandar Lampung. Kini Odha yang telah didampingi oleh JOB berkisar 600 Odha dari berbagai 15 kabupaten dan kota di Lampung.

Pendanaan JOB untuk biaya tambahan pengobatan Odha  berasal dari program penggalangan dana insentif  yang dilakukan berbeda-beda di setiap tahunnya.

Masih banyak masyarakat yang melayangkan pertanyaan terhadap Odha akan suatu HIV dan AIDS terinveksi di tubuh Odha serta masa lalu ODHA, yang menurut Vina itu bukan suatu hal yang penting, melainkan kesehatan serta cara agar ODHA bisa stabil.

“Tidak usah lagi bertanya, mengapa orang bisa terinveksi HIV dan AIDS. Berhentilah mengulik masa lalu seseorang yang terinveksi HIV dan AIDS, yang penting adalah bagaimana mereka bisa sehat,” pesan Vina terhadap masyarakat akan suatu pertanyaan yang sering dilayangkan masyarakat.

Seseorang memiliki haknya masing-masing untuk menentukan penghasilannya, tak terkecuali seorang pekerja seks. Menurut wanita berusia 39 tahun itu bahwa profesi yang rentan akan HIV dan AIDS ini harus memiliki tuntutan untuk tetap menjaga hubungan seksual yang aman.

“Jika pun pekerja seks tetap mau bekerja, ya namanya penghasilannya dari situ, ekonominya dari situ, tapi harus menggunakan pengaman (kondom) tadi, kalau misalnya pelanggannya gak mau, kalau kita punya penularan yang kuat, ya tolak aja karena demi keamaanan kita sama-sama”. Ujarnya.

Bak jatuh tertimpa tangga ialah pepatah yang sesuai dengan wanita bermata empat tersebut. Ria Febriani wanita 30 tahun yang menjadi pendamping sekaligus pengurus dari JOB ini bercerita tentang dirinya yang ditinggal oleh suami dan anaknya yang meninggal akibat terindikasi HIV dan AIDS. Dirinya pun juga seorang ODHA, namun dirinya saat ini sudah stabil berkat bergabung dengan JOB. Selang satu bulan, sang suami menyusul sang buah hati, kesedihan yang bertubi-tubi yang dialami Ria tak menghalangi dirinya untuk bisa berdaya akan virus tersebut.

“Ya pasti sedih sih,terpukul tapi dengan seiring berjalannya waktu mulai bisa menerima, karena kan aku sendiri ya, karena suami meninggal, anak juga meninggal”. Ucap ketegaran hati dari wanita bermata empat tersebut.

Setelah menjadi pendamping ODHA dengan total jumlah berkisar 50 Odha, tak luput dari tantangan serta rintangan yang ia lewati. Tantangan terbesarnya adalah mengedukasi para ODHA untuk tetap mengonsumsi obat secara teratur, karena ia mengatakan bahwa ketetapan waktu mengonsumsi obat sangat berpengaruh terhadap kesehatan ODHA serta keefektifan  obat yang dikonsumsi.

“Obat ini kan satu waktu, kalo kita minum obat jam 9, ya seumur hidup harus jam 9, gak boleh lebih gk boleh kurang, karena lewat atau kurang dari itu, efektif obat akan berkurang”. Ucap Ria.

Semester 8 dalam perkuliahan adalah masa mahasiswa menyusun skripsi untuk menyambut wisuda dan menuntaskan kuliahnya. Namun hal tersebut tak sempat dirasakan oleh Beni Julianto. Pria yang terbilang masih muda ini yang berusia 24 tahun, berhenti kuliah karena harus berdaya dalam HIV dan AIDS. Dirinya menceritakan kisah sulitnya saat terinfeksi HIV dan AIDS yang awalnya terdapat benjolan kecil pada anus, yang ia kira ialah ambien dan ia biarkan kurang lebih 8 bulan dengan mengonsumsi ambeven. Dalam kurun waktu 4 bulan ia dapat berdaya dalam Odha, kini dirinya menjadi peran penting dalam JOB. Setiap harinya ia menjalani tugas mulia menjadi pendamping Odha.

Dirinya berpesan kepada masyarakat untuk bisa menyingkirkan stigma negatif.

“Jangan mudah men-Stigma dan diskriminasi orang yang terkena HIV dan AIDS , karena tidak semua yang terkena HIV dan AIDS dari latar belakang yang tidak baik, siapapun dapat terkena HIV dan AIDS”.

“Salah satu nya penurunan berat badan, koma beberapa hari, langsung cek, karena sebelumnya rawan beresiko, ya udah ketauan positif ” Ucapan yang sangat legowo dari salah satu yang terindikasi HIV dan AIDS saat menceritakan awal mula virus HIV dan AIDS terpapar di tubuh pria 30 tahun tersebut.

Syaifullah adalah ODHA yang saat ini dibantu oleh JOB. Ia beranggapan bahwa HIV dan AIDS adalah dua hal yang berbeda.

“HIV itu adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh, jika kekebalan tubuh kita melemah, penyakit itu datang dan menjadi AIDS dan membuat tubuh kita lemah.” Ucapnya.

Syaifullah ingin agar masyarakat tidak mendiskriminasi terhadap orang ODHA, dan dapat menyingkirkan stigma yang selama ini tertanam tak lepas dari benak masyarakat.

Penulis : Sepbrina Larasati

 

Penulis: Sepbrina LarasatiEditor: Azhar Azkiya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

13 − two =