Budaya  

Serdam: The Death Whistle, Jadi Film Pendek Lampung Pertama Tayang di Bioskop Online

286 dibaca

Teknokra.co : Film pendek “Serdam: The Death Whistle” sukses menjadi film pendek Lampung pertama yang tayang di bioskop online, disampaikan pada konferensi pers dan pemutaran perdana di Gedung Dewan Kesenian Lampung, Way Halim, Bandar Lampung pada Jumat (14/6). Acara ini mendapat antusiasme tinggi dari Media Lampung yang ingin menyaksikan film pendek asli Lampung pertama yang tayang di Bioskop Online.

Film ini mengangkat kisah tentang Serdam, alat musik tiup khas Lampung dengan ciri khas unik dalam proses pembuatannya. Konon, Serdam harus ditancapkan di makam bujang atau gadis yang meninggal secara tidak wajar. Serdam diyakini sebagai seruling yang ditiupkan oleh ruh untuk menghasilkan suara yang indah. Film ini pun menceritakan kisah keturunan ke-7 yang seharusnya melanjutkan pembuatan Serdam, namun meninggal dalam tragedi kecelakaan akibat perselisihan pendapat dalam pewarisan alat musik ini.

Iswadi Pratama sebagai pemeran utama yang memerankan karakter Hamdan, mengaku senang saat menerima tawaran film ini karena tertarik dengan alur ceritanya dan ingin membantu menghasilkan karya.

“Karena saya di minta oleh teman-teman yang ingin menghasilkan karya tidak ada alasan saya untuk tidak menemani dan membersamai mereka. Seni menyatukan kita, di kala politik memisahkan kita,” ujarnya.

Iin Zakaria sebagai Produser dan Penulis film, mengungkapkan bahwa proses produksi film ini dilakukan di Kabupaten Pesisir Barat dengan berbagai rintangan, namun berhasil dipublikasikan di Bioskop Online.

“Film ini merupakan hasil dari obrolan panjang dan munculnya ide tentang alat musik Serdam. Pembuatan film dimulai pada bulan Oktober dengan melibatkan berbagai unsur teater, film, dan musik,” ungkapnya.

Dede Safara Wijaya, selaku sutradara, menjelaskan proses kreatif film ini yang penuh tantangan, dari pra produksi hingga selesai.

“Menjadi sebuah karya membutuhkan komitmen yang kuat. Dengan komitmen komunitas yang kuat, karya yang luar biasa dapat tercipta. Proses revisi skrip berlangsung dari bulan Juli hingga final draft. Proses syutingnya hanya lima hari, namun pra produksi memakan waktu yang cukup lama,” jelasnya.

Film “Serdam: The Death Whistle” menjadi perwakilan Lampung di Kenduri Serumpun Melayu Film Festival. Penayangan film ini akan berlangsung hingga bulan November dan rencananya akan ditayangkan di sekolah-sekolah dan kampus-kampus untuk mengembangkan sinema mikro. Hal ini dilakukan untuk mendukung talenta siswa dan mahasiswa dalam menggali budaya Lampung dan memastikan proyek ini berkelanjutan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

fourteen − nine =