teknokra.co: Meliput isu lingkungan khususnya laut dapat menggunakan pertanyaan 5W+1H (what, where, when, who, why, how) yang terkait dengan pencemaran laut. Seperti apa penyebabnya, bagaimana kondisi fisik lautan dan pesisirnya, dan apa dampak dari pencemaran laut.
Selain itu, menggunakan panca indera di lapangan dan menulis berdasarkan fakta dan data yang paling kuat dapat menjadi cara untuk menentukan angle berita.
Hal tersebut disampaikan oleh Jay Fajar, pada diskusi internal Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional (PJTLN) Jumantara 2020 dengan tema “Jurnalis Sebagai Pemerhati Lingkungan” Jumat (23/10).
“Misalkan nelayan yang begitu terdampak akibat pencemaran laut atau burung dan penyu yang terkena limbah minyak (sebagai angle),” ujarnya.Editor Mongabay itu juga menjelaskan bahwa keselamatan wartawan dan kode etik jurnalis lingkungan harus diperhatikan ketika meliput isu lingkungan laut.
Pemateri lainnya, Budisantoso Budiman mengatakan Lampung memiliki potensi sumber daya lautnya besar. Mulai dari perikanan, ekosistem pesisir laut, mangrove, padang lamun, terumbu karang, pulau-pulau kecil, rumput laut, dan pariwisata.
Namun, pemanfaatannya belum optimal sedangkan penduduknya terus bertambah. Kondisi infrastruktur dasar di pesisir Lampung sendiri masih minim, ekonomi masyarakat belum berkembang, kehidupan nelayan dan warga pesisir Lampung belum berdaya.
Kemudian, untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, hal yang harus dilakukan adalah dengan pengelolaan desa pesisir. Seperti memperhatikan sustainable development, pembangunan pesisir laut yang lebih optimal, adil, dan berkelanjutan. Serta keterpaduan antara RPJM, SDG’s, Tata Ruang, dan SDM aparatur.
“Jika hal tersebut dapat dijalankan dengan baik, konservasi sumber daya kelautan Lampung merupakan sebuah keniscayaan,” tutupnya.
Penulis: Rahel Azzahra